Urgensi Ilmu dan Ulama

1. Ali bin Abi Thalib Radhiallahu ‘Anhu mengatakan:

الْعِلْمُ خَيْرٌ مِنْ الْمَالِ .الْعِلْمُ يَحْرُسُك ، وَأَنْتَ تَحْرُسُ الْمَالِ .الْعِلْمُ حَاكِمٌ وَالْمَالُ مَحْكُومٌ عَلَيْهِ .مَاتَ خَزَّانُ الْأَمْوَالِ وَبَقِيَ خَزَّانُ الْعِلْمِ أَعْيَانُهُمْ مَفْقُودَةٌ ، وَأَشْخَاصُهُمْ فِي الْقُلُوبِ مَوْجُوْدَةٌ

“Ilmu lebih baik daripada harta. Ilmu yang menjagamu, sedangkan kamu yang menjaga harta. Ilmu itu hakim, sedangkan harta dihakimi. Para penyimpan harta meninggal dunia, namun penyimpan ilmu tetap ada. Sekalipun badan mereka tiada, nama mereka tetap ada dalam hati.” (Adab ad-Dunya wad Din hlm. 48 oleh al-Mawardi)

2.    Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Anhu mengatakan:

تَذَاكُرُ الْعِلْمِ بَعْضَ لَيْلَةٍ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ إِحْيَائِهَا

“Mempelajari ilmu di sebagian malam itu lebih aku cintai daripada menghidupkan malam (dengan ibadah).” (al-Mushannaf 11/253 oleh Abdurrazzaq, Jami’ Bayanil Ilmi wa Fadhlihi 1/117 oleh Ibnu Abdil Barr)

3.    Abdurrahman bin Mahdi Rahimahullahu mengatakan:

الَّرجُلُ إِلَى الْعِلْمِ أَحْوَجُ مِنْهً إلِىَ الأَكْلِ وَالشُّرْبِ

“Seorang itu lebih butuh kepada ilmu daripada kepada makan dan minum.” (Hilyatul Auliya‘ 9/4 oleh Abu Nu’aim)

4.    Rabi’ah Rahimahullahu mengatakan:

العِلْمُ وَسِيْلَةٌ إِلَى كُلِّ فَضِيلَةٍ

“Ilmu adalah sarana menuju segala keutamaan.” (Siyar A’lam an-Nubala‘ 6/90 oleh adz-Dzahabi)

5.    Imam Syafi’i Rahimahullahu mengatakan:

مَنْ تَعَلَّمَ القُرْآنَ، عَظُمَتْ قِيْمَتُهُ، وَمَنْ تَكَلَّمَ فِي الفِقْهِ، نَمَا قَدْرُهُ، وَمَنْ كَتَبَ الحَدِيْثَ، قَوِيَتْ حُجَّتُهُ، وَمَنْ نَظَرَ فِي اللُّغَةِ، رَقَّ طَبْعُهُ، وَمَنْ نَظَرَ فِي الحِسَابِ، جَزُلَ رَأَيُهُ، وَمَنْ لَمْ يَصُنْ نَفْسَهُ، لَمْ يَنْفَعْهُ عِلْمُهُ

“Barangsiapa yang mempelajari al-Qur‘an maka kedudukannya akan tinggi. Barangsiapa yang berbicara tentang fiqih maka kapasitas ilmunya akan berkembang. Barangsiapa yang menulis hadits maka argumentasinya akan kuat. Barangsiapa mempelajari bahasa maka tabiatnya akan halus. Barangsiapa mempelajari berhitung maka akan encer otaknya. Barangsiapa tidak menjaga dirinya maka ilmunya tidak akan bermanfaat baginya.” (Siyar A’lam an-Nubala‘ 10/24 oleh adz-Dzahabi)

6.    Hasan al-Bashri Rahimahullahu mengatakan:

لَأَنْ أَتَعَلَّمَ بَاباً مِنَ الْعِلْمِ فَأُعَلِّمُهُ مُسْلِمًا أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ تَكُوْنَ لِيْ الدُّنْيَا كُلُّهَا فِي سَبِيْلِ اللهِ تَعَالَى

“Sungguh saya mempelajari satu bab dalam ilmu lalu saya mengajarkannya kepada seorang muslim lebih saya cintai daripada saya memiliki dunia seluruhnya di jalan Allah.” (al-Faqih wal Mutafaqqih 1/102 oleh al-Khathib al-Baghdadi, al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab 1/21 oleh an-Nawawi)

7.    Abu Muslim al-Khaulani v\ mengatakan:

الْعُلَمَاءُ فِي الأَرْضِ مِثْلُ النُّجُوْمِ فِي السَّمَاءِ إِذَا بَدَتْ لِلنَّاسِ اهْتَدَوْا بِهَا وَإِذَا خَفِيَتْ عَلَيْهِمْ تَحَيَّرُوْا

“Ulama itu di bumi bagaikan bintang di langit. Apabila mereka tampak bagi manusia, mereka (manusia) akan mendapatkan petunjuk jalan. Namun, jika bintang tidak tampak pada mereka, niscaya mereka kebingungan.” (Tadzkirah as-Sami’ wal Mutakallim hlm. 25 oleh Ibnu Jama’ah)

8.    Mutharrif bin Abdillah Rahimahullahu mengatakan:

الْعِلْمُ أَفْضَلُ مِنَ الْعَمَلِ، أَلاَ تَرَى أَنَّ الرَّاهِبَ يَقُوْمُ اللَّيْلَ ، فَإِذَا أَصْبَحَ أَشْرَكَ

“Ilmu itu lebih utama daripada amal. Tidakkah engkau perhatikan seorang ahli ibadah yang shalat malam namun di pagi harinya dia berbuat syirik.” (al-Faqih wal Mutafaqqih 1/110 oleh al-Khathib al-Baghdadi)

9.    Sufyan bin Uyainah Rahimahullahu mengatakan:

تَدْرُوْنَ مَا مَثَلُ الْعِلْمِ ، مَثَلُ دَارِ اْلكُفْرِ وَدَارِ الإِسْلاَمِ. فَإِنْ تَرَكَ أَهْلُ الإِسْلاَمِ الْجِهَادَ جَاءَ أَهْلُ الْكُفْرِ فَأَخَذُوْا الإِسْلاَمَ ، وَإِنْ تَرَك النَّاسُ الْعِلْمَ صَارَ النَّاسُ جُهَّالًا

“Tahukah kalian perumpamaan ilmu? Perumpamaannya seperti negara Islam dan negara kafir. Jika orang Islam meninggalkan jihad maka orang kafir akan menghancurkan Islam. Jika manusia meninggalkan ilmu maka manusia akan bodoh.” (al-Faqih wal Mutafaqqih 1/103 oleh al-Khathib al-Baghdadi)

10. Wahb bin Munabbih Rahimahullahu mengatakan:

يَتَشَعَّبُ مِنَ الْعِلْمِ الشَّرَفُ وَإِنْ كَانَ صَاحِبُه دَنِيًا، وَالْعِزُّ وَإِنْ كَانَ مَهِيْنًا، وَالْقُرْبُ وَإِنْ كَانَ قَصِيًا، وَالْغِنَى وَإِنْ كَانَ فَقِيْرًا، وَ الْمَهَابَةُ وَإِنْ كَانَ وَضِيْعًا

“Bercabang dari ilmu sebuah kemuliaan sekalipun orangnya rendahan, dekat sekalipun awalnya jauh, kekayaan sekalipun sebelumnya fakir, wibawa sekalipun awalnya tak terhormat.” (Tadzkirah as-Sami’ wal Mutakallim hlm. 25 oleh Ibnu Jama’ah)

11. Sufyan ats-Tsauri Rahimahullahu mengatakan:

مَا أَعْرِفُ شَيْئًا أَفْضَلَ مِنْ طَلَبِ الْحَدِيْثِ إِذَا أُرِيْدَ بِهِ وَجْهُ اللهِ

“Saya tidak mengetahui sesuatu yang lebih mulia daripada mencari hadits jika memang ikhlas mengharapkan wajah Allah.” (Tahdzib Tarikh Dimasyq oleh Ibnu Asakir 3/354)