Jangan Salah Ketika Ngalap Berkah

 Judul kitab : At-Tabarruk Anwa’uhu wa Ahkamuhu

Penulis    : Dr. Nashir bin Abdurrahman bin Muhammad al-Juda’i

Penerbit   : Maktabah ar-Rusyd, KSA

Cetakan    : cetakan keenam, tahun 1428 H

Tebal      : 599 halaman

“Saya pernah mendengar penuturan salah seorang kawan saya sendiri, dan kisah ini adalah kisah yang ia alami secara langsung. Kawan saya ini berasal dari salah satu pondok pesantren di Kota Jombang Jawa Timur. Pada suatu hari ia diajak oleh bibinya untuk berkunjung ke daerah Nganjuk—Jawa Timur—guna mengunjungi seorang wali. Setibanya di rumah wali itu, dia dipersilakan masuk ke ruang tamu laki-laki, sedangkan bibinya dipersilakan masuk ke ruang tamu wanita.

Sepulang dari rumah wali itu, bibinya berkata: Wah, tadi di ruang wanita, saya menyaksikan beberapa wali, di antaranya ada wali laki-laki yang keluar menemui kita dengan telanjang bulat dan tidak sehelai benang pun menempel di badannya. Setelah berada di tengah-tengah ruangan, wali telanjang itu disodori sebatang rokok oleh sebagian pelayannya, maka ia pun mulai mengisap rokok, dan baru beberapa isapan, rokoknya dicampakkan ke lantai.

Melihat puntung rokok wali telanjang yang tergeletak di lantai itu, ibu-ibu yang sedang berada di ruang tamu berebut memungutnya, dan setelah seorang ibu berhasil mendapatkannya ia buru-buru memerintahkan anaknya yang masih ingusan, yang kala itu bersamanya untuk ganti mengisap puntung rokok itu, dengan alasan ‘agar mendapatkan keberkahan sang wali dan menjadi anak pandai.’”[1]

Itulah sepenggal kisah tragis yang merupakan sebuah contoh di antara sekian contoh lainnya tentang salah kaprah mayoritas kaum muslimin mengenai tabarruk (ngalap berkah) seperti ngalap berkah dengan batu ajaib(!), kuburan, bahkan kotoran kerbau “Kyai Slamet”. Namun anehnya, banyak di antara mereka menganggap benar perbuatan mereka!!

Maka perlu kiranya kajian dan telaah khusus mengenai masalah urgen ini agar kaum muslimin memahami secara betul bagaimana ngalap berkah yang betul sehingga dilakukan dan bagaimana ngalap berkah yang salah sehingga ditinggalkan. Di sinilah letak pentingnya kehadiran buku ini yang ditulis secara komplet dan detail (terperinci) dalam mengupas seluk-beluk masalah ini. Sebuah kitab langka yang menghiasi perbendaharaan ilmu dan perpustakaan Anda.

Dalam buku ini, penulis menjabarkan tentang makna barokah/berkah dan bahwasanya barokah itu milik Allah, kemudian beliau menjelaskan tentang ngalap berkah yang disyari’atkan dan yang terlarang serta membantah syubhat-syubhat seputarnya. Lalu di akhir pembahasan, beliau membahas tentang faktor-faktor yang menjerumuskan manusia ke dalam ngalap berkah yang keliru beserta solusinya.

Kesimpulannya, buku ini sangat perlu untuk dimiliki dan dibaca kemudian disebarkan hasilnya kepada orang lain. Dan bagi Anda yang belum bisa membaca kitab aslinya (berbahasa Arab), Anda bisa membaca edisi Indonesianya karena buku ini sudah diterjemahkan oleh penerbit Pustaka Imam Syafi’i. Selamat membaca!! (Abu Ubaidah)

 


[1]
   Dzikir Ala Tasawwuf hlm. 45 Dr. Muhammad Arifin Badri, MA