Kuburan Nabi Akan Dibongkar?!

Kuburan Nabi Akan Dibongkar?! (Menyikapi Isu Media Sosial)

Muqaddimah

Media sosial sangat berpengaruh luar biasa dalam menggiring opini dan menyebarkan isu. Di antara isu yang mencuat dan ramai diperbincangkan akhir-akhir ini adalah berita huru-hara pembongkaran kuburan Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam yang dimanfaatkan oleh sebagian pihak untuk menyudutkan Islam dan memprovokasi kaum muslimin, khususnya masyarakat dan pemerintahan Ahlussunnah Arab Saudi sebagai payung kota Madinah.

Adu domba sesama muslim tidak henti-hentinya dilakukan oleh setan dan bala tentaranya. Isu-isu pun dimunculkan silih berganti. Kaum kafir seakan-akan tertawa sembari bertepuk tangan, sebab usaha mereka untuk mengadu domba betul-betul berhasil, sehingga banyak umat muslim terprovokasi dengan permainan mereka untuk menyudutkan Islam yang murni.

Sumber berita rencana pemindahan makam Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam pertama kali dipublikasikan media Inggris The Independent dan Daily Mail. Menurut dua surat kabar tersebut, makam Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam akan dipindahkan ke pekuburan Baqi’ yang tidak jauh dari makam Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam sebelumnya. Informasi tersebut didasari dari sebuah dokumen setebal 61 halaman.

Andai saja isu tersebut hanya muncul dari media Inggris The Independent atau Daily Mail semata, mungkin akan ringan urusannya karena semua kita akan memaklumi kedengkian orang kafir kepada Islam. Namun, apalah jadinya, jika beberapa tokoh angkat bicara dan berpartisipasi menghembuskan angin fitnah yang meresahkan ini tanpa klarifikasi dan penuh emosi memanaskan situasi, sehingga ada sebagian tokoh dengan bombastis mengatakan tentang kasus ini bahwa Arab Saudi sakit jiwa!!

Oleh karena itu, pada tulisan ini sedikit kami akan mengangkat masalah ini sehingga sedikit banyak bisa menyejukkan ketegangan dan mendinginkan keresahan masyarakat terkait isu ini dan sekaligus sebagai pelajaran bagi kita semua bagaimana seharusnya menyikapi isu-isu yang beredar. Semoga tulisan ini bermanfaat.

Anjuran Selektif Terhadap Berita

Islam mengajarkan kepada kita agar selektif dalam menyikapi berita, sebab tidak semua berita yang terima mesti benar adanya sesuai dengan fakta, lebih-lebih pada zaman sekarang di mana kejujuran sangat mahal harganya. Ibnu Baadis mengatakan, “Tidak semua yang kita dengar dan kita lihat harus diyakini oleh hati-hati kita, namun hendaknya kita mengeceknya dan memikirkannya secara matang. Jika memang terbukti dengan bukti nyata maka kita mempercayainya, namun jika tidak maka kita meninggalkannya.”1

Dalam al-Qur’an, Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan sebuah prinsip dasar dalam menyikapi sebuah isu yang beredar dalam firman-Nya:

Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti.” (QS Al-Hujurat [49]: 6)

Asy-Syaikh Muhammad ibn Abdul Wahhab berkata, “Ketahuilah dan renungkanlah ayat ini baik-baik.”2

Di dalam ayat ini terdapat pelajaran berharga bagi setiap mukmin yang perhatian terhadap agama dalam berinteraksi dengan saudaranya seiman, hendaknya selektif terhadap hembusan isu yang bertujuan untuk meretakkan barisan, memperuncing api permusuhan, dan memperlebar sayap perpecahan.3

Lebih-lebih lagi jika hal itu menyangkut kehormatan negara, pemerintah, atau ulama maka sikap selektif harus lebih ditingkatkan. Alangkah bagusnya apa yang dikatakan oleh al-Hafizh Ibnu Hajar, “Diharuskan bagi seorang yang ingin menilai suatu ucapan, perbuatan, atau golongan untuk berhati-hati dalam menukil dan tidak memastikan kecuali benar-benar terbukti. Tidak boleh mencukupkan diri hanya pada isu yang beredar, apalagi jika hal itu menjurus kepada celaan kepada seorang ulama.”4

Tuduhan yang Sudah Usang

Kami katakan usang, sebab tuduhan-tuduhan serupa yang dialamatkan kepada Dakwah Salafiyyah bukanlah suatu hal yang baru. Sejak dahulu hingga sekarang, dakwah ini selalu mendapatkan serangan tuduhan bertubi-tubi tiada henti baik dituduh suka mengkafirkan, kelompok program Zionis, tidak cinta Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam, dalang terorisme, dan sebagainya.

Di antara tuduhan dahulu yang sangat mirip dengan kasus ini adalah tuduhan para musuh bahwa asy-Syaikh Muhammad ibn Abdul Wahhab ketika menyerang Madinah, beliau menghancurkan kubah yang ada di atas kuburan Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam. Padahal, ini termasuk kebohongan yang telah didustakan secara langsung oleh asy-Syaikh Muhammad ibn Abdul Wahhab. Beliau membantah tuduhan yang dilontarkan oleh musuhnya, Sulaiman ibn Suhaim dengan ucapannya, “Maha Suci Engkau, ya Allah, ini adalah kedustaan yang besar.”

Asy-Syaikh Mas’ud an-Nadawi berkata, “Termasuk tuduhan bohong yang disebarkan oleh musuh-musuh dakwah juga yaitu ucapan mereka bahwa Su’ud ibn Abdul Aziz ibn Muhammad ibn Su’ud menghancurkan kubah yang dibangun di atas kuburan Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam. Anehnya, para sejarawan Barat merasa lezat dengan menyebut cerita dusta ini.”5

Berita Media Kafir Kok Dipercaya!

Berita provokasi pemindahan kuburan Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam ini mengerucut pada media Inggris The Independent dan Daily Mail lalu disebarkan oleh media-media lainnya yang punya andil ingin membuat keresahan di tubuh umat, padahal berita orang kafir dalam timbangan Islam tidak bisa diterima. Oleh karena itu, para ulama bersepakat bahwa riwayat orang kafir adalah mentah, tidak diterima. Al-Khathib al-Baghdadi berkata, “Seorang yang menyampaikan suatu riwayat di saat meriwayatkan dia harus seorang muslim, karena Allah berfirman:

 

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS al-Hujurat [49]: 6)

Sementara itu, kefasikan yang paling besar adalah kekufuran. Kalau kabar seorang muslim yang fasik saja tertolak padahal aqidahnya benar, maka kabar orang kafir lebih utama untuk ditolak.6

Aneh memang, kita seorang muslim percaya dengan berita orang kafir karena sesuai dengan selera hawa nafsu kita lalu dengan mudahnya kita dipermainkan oleh mereka untuk menyebarkan tuduhan dan menabuh genderang permusuhan. Subhanallah, ke manakah akal manusia?!!

وَمَنْ يَكُنِ الْغُرَابُ لَهُ دَلِيْلًا

يَمُرُّ بِهِ عَلَى جِيَفِ الْكِلَابِ

Barang siapa yang burung gagak sebagai petunjuk jalan

Pasti dia akan mengantarkan jalan melewati bangkai-bangkai anjing.

Lebih aneh lagi, ada sebagian kalangan yang ingin bermain di air keruh ini sehingga memanfaatkan isu ini untuk menyerang Dakwah Salafiyyah yang mengajak umat kepada Islam yang murni.

وَظُلْمُ ذَوِي الْقُرْبَى أَشَدُّ مَضَاضَةً

عَلَى الْمَرْءِ مِنْ وَقْعِ الْحُسَامِ الْمُهَنَّدِ

Kezhaliman orang dekat itu lebih menyakitkan

Bagi seorang daripada tusukan pedang tajam India.7

Hak Jawab Sang Tertuduh

Harian Inggris tersebut mengatakan usulan kontroversial adalah bagian dari dokumen konsultasi yang dibuat oleh seorang bernama Dr. Ali ibn Abdul Aziz al-Shabal dan telah beredar di kalangan pengawas Masjid Nabawi. Namun, Dr Ali ibn Abdul Aziz al-Shabal, yang merupakan anggota staf pengajar di Universitas Islam Ibn Saud Imam Muhammad di Riyadh membantah hal tersebut. Shabal dengan tegas membantah bahwa dirinya tidak pernah membuat sebuah proposal mengenai pemindahan atau pembongkaran makan Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam.

“Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam dikuburkan di mana beliau meninggal, dan makamnya saat ini adalah tempat itu,” ucap Shabal. Dirinya juga menegaskan bahwa semua laporan ini hanyalah sebuah bentuk hasutan untuk membuat umat Islam bingung, untuk memancing sebuah kemarahan. “Tidak ada yang harus mengubah ini. Ini adalah agama kita dan ajaran nabi kita. Apa yang dikaitkan dengan saya adalah kebohongan yang bertujuan untuk membingungkan orang-orang. Ini adalah rencana yang dibuat oleh sebuah pihak demi kepentingan mereka sendiri,” ungkapnya.8

Sebagaimana berita ini juga didustakan oleh juru bicara Masjid Nabawi yang diketuai oleh Dr. Ahmad al-Manshuri sebagaimana dalam laman resmi pengurus Masjid Nabawi. Dan ini juga bisa disaksikan dan ditanyakan langsung kepada para jama’ah umrah atau haji yang pergi ke sana. Adakah proyek pembongkaran kuburan Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam atau keadaan ‘aman-aman saja’?!!

Dipindah ke Baqi’?! Yang Benar Saja!!

Sebagian penyebar isu ini mengklaim bahwa Arab Saudi berencana membongkar kuburan Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam dan akan memindahkannya ke kuburan Baqi’ yang tak jauh dari Masjid Nabawi demi menjaga tauhid dan mencegah praktik kesyirikan.

Ini jelas sangat janggal dan jelas kedustaannya, karena justru jika akan dipindah ke Baqi’ maka potensi orang-orang jahil untuk melakukan kesyirikan lebih terbuka lebar. Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam dikubur di rumahnya adalah sebagai penjagaan dari perbuatan ghuluw (berlebih-lebihan), sebagaimana kata Aisyah Radhiallahu’anha tatkala menyebutkan larangan Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam dari berlebih-lebihan terhadap kuburan:

لَوْلَا ذٰلِكَ لأُبْرِزَ قَبْرُهُ خُشِيَ أَنْ يُتَّخَذَ مَسْجِدًا.

“Seandainya bukan karena hal itu, tentu kuburannya akan ditampakkan, tetapi khawatir kuburannya dijadikan masjid.”9

Bisa Anda bayangkan, seandainya saja Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam di kubur di Baqi’, entah bagaimana orang-orang jahil akan berdesak-desakan mengerumuninya?! Namun, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabulkan do’a Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam:

«اللهم لَا تَجْعَلْ قَبْرِيْ وَثَنًا يُعْبَدُ».

“Ya Allah, janganlah jadikan kuburanku sebagai berhala yang disembah.”10

Jadi, jelas sekali isu ini sangat tidak masuk akal, apalagi bagi pemerintah dan ulama Arab Saudi yang sangat mengerti tentang tauhid.11

Andai Saja Mereka Berhati-Hati

Semestinya, tidak semua berita yang kita baca atau dengar langsung kita sebarkan begitu saja, karena sebagian berita akan menimbulkan keresahan di tengah masyarakat. Oleh karenanya, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengajarkan kepada kita agar selektif dalam menyebarkan berita:

Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan ulil amri (pemimpin dan ulama) di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan ulil amri). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut setan, kecuali sebagian kecil saja (di antaramu).” (QS an-Nisa’ [4]: 83)

Asy-Syaikh Abdurrahman as-Sa’di berkata, “Dalam ayat ini terdapat kaidah adab bahwa ketika ada suatu permasalahan maka hendaknya diserahkan kepada ahli di bidangnya dan tidak mendahului mereka, karena hal itu akan lebih mendekati kebenaran dan lebih selamat dari kesalahan.”12

Ya, semestinya dalam masalah-masalah besar seperti ini jangan sembarangan orang asal bicara. Namun, biarlah orang-orang yang memiliki otoritas ilmu saja setelah melakukan penelitian dan klarifikasi secara mendalam.

Alhamdulillah, sikap dewasa inilah yang diterapkan oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, beliau melakukan tabayyun (klarifikasi). Beliau mengatakan bahwa pemerintah Arab Saudi tidak akan memindahkan makam Nabi Muhammad. “Saya mengontak Dubes Arab Saudi untuk tabayyun atau tradisi mencari kejelasan di kalangan muslim ketika mendengar berita yang perlu dikonfirmasi. Jam 1 saya ketemu Dubes Mustafa Ibrahim al-Mubarak.”

Menurut Duta Besar Arab Saudi Mustafa Ibrahim al-Mubarak, Lukman mengatakan, rencana pemindahan makam Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam bukanlah ide pemerintah Arab Saudi. “Itu bisa menjadi fitnah yang dilakukan oleh orang yang tidak bertanggung jawab,” ujarnya.

Menurut Lukman, Duta Besar Arab Saudi mengatakan umat Islam di Indonesia tidak perlu cemas karena tidak akan ada pemindahan. “Dubes minta kepada seluruh umat muslim untuk tidak perlu terpancing emosinya. Pemerintah Arab Saudi tidak miliki rencana dan punya komitmen besar melindungi makam Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam di Masjid Nabawi,” jelasnya.13

1Ushul Hidayah hlm. 97

2Ad-Durar as-Saniyyah 1/35

3Tashhih Khatha’ Tarikhi Haula Wahhabiyyah hlm. 39 oleh Dr. Muhammad ibn Sa’ad asy-Syuwai’ir.

4Dzail Tabr al-Masbuk hlm. 4 oleh as-Sakhawi, dari Qashasun La Tasbutu 2/16 oleh Masyhur ibn Hasan Salman.

5Muhammad ibn Abdul Wahhab Mushlih Mazhlum hlm. 183

6Al-Kifayah fi Ilmi Riwayah, al-Khatib al-Baghdadi, hlm. 99

7Khizanatul Adab 1/421

8Lihat videonya di www.almowatan.net/?p=220250

9HR al-Bukhari: 1330, Muslim: 529

10HR Ahmad: 7352, al-Mufadhdhal al-Janadi dalam Fadha’il Madinah 1/66, Abu Ya’la dalam Musnad-nya 1/312, al-Humaidi: 1025, Abu Nu’aim dalam al-Hilyah 6/283 dengan sanad yang shahih. (Dinukil dari Tahdzir Sajid hlm. 18–19 oleh al-Albani)

11Lihat Syarh Aqidah Imam Mujaddid Muhammad ibn Abdul Wahhab hlm. 151–152, asy-Syaikh Shalih ibn Fauzan al-Fauzan.

12Taisir Karimir Rahman hlm. 194, terbitan Dar Ibnul Jauzi

13news.liputan6.com/read/2100997/menag-keberatan-makam-nabi-muhammad-saw-dipindah

Baca Juga Artikel Terbaru

Leave a Comment