Berhati-Hati Dalam Membicarakan Kehormatan Orang

Berhati-Hati Dalam Membicarakan Kehormatan Orang

Yusuf Abu Ubaidah As Sidawi

Salah satu tanda ilmu yang bermanfaat adalah membuahkan rasa takut kepada Allah. Allah berfirman:

إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ

“Sesungguhnya yang benar-benar takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah para ulama.” (QS. Fathir: 28)

Abdullah bin Mas’ud berkata:

كَفَى بِخَشْيَةِ اللَّهِ عِلْمًا

“Cukuplah dengan rasa takut kepada Allah sebagai tanda ilmu.” (Al Mushannaf, 7/104)

Imam Ahmad bin Hanbal berkata: “Intinya ilmu adalah takut kepada Allah”. (Thabaqat Hanabilah, 1/283)

Maka ilmu yang tidak membuahkan rasa takut kepada Allah pada diri kita, sejatinya itu adalah tanda bahwa ilmu kita tidak bermanfaat.

Termasuk dalam hal ini adalah takut menodai kehormatan orang lain. Imam Ibnu Daqiq Al ‘Ied berkata: “Kehormatan kaum muslimin adalah salah satu jurang diantara jurang-jurang Neraka”. (Al Iqtirah, 34, Fathul Mughits 4/351 karya As Sakhawi)

Kisah-kisah tentang takutnya para salaf sangat banyak sekali. Diantaranya, Abu Bakar Muhammad bin Mahrawaih berkata: Saya mendengar Ali bin Husain bin Junaid berkata: Saya mendengar Yahya bin Main berkata: “Kita mengkritik suatu kaum yang bisa jadi mereka telah pergi ke surga semenjak dua ratus tahun yang lalu”.

Ibnu Mahrawaih berkata: “Setelah itu, saya masuk ke Ibnu Abi Hatim dan beliau sedang membacakan kitab Al-Jarh wa Ta’dil kepada manusia. Aku ceritakan ucapan Ibnu Main di atas kepadanya, lalu dia menangis, kedua tangannya bergemetar sehingga kitabnya jatuh dari tangannya, diapun terus menangis, dan meminta kepadaku untuk mengulangi ucapan di atas, sampai akhirnya dia tidak jadi melanjutkan pelajaran saat itu”. (Tarikh Dimsyaq, Ibnu Asakir 35/365)

Imam Adz-Dzahabi berkomentar: “Hal ini menunjukkan rasa takutnya beliau, karena pada asalnya ucapan seorang pengkritik yang wara’ (hati-hati/takut) tentang orang-orang lemah merupakan nasehat untuk agama Allah dan membela sunnah Rasulullah”. (Siyar A’lam Nubala 13/268)

Bahkan para salaf menilai bahwa menjaga kehormatan termasuk ibadah mulia. Umar bin Abdul Aziz berkata: “Kami mendapati salaf, mereka tidak menilai ibadah itu hanya dalam puasa atau sholat, namun ibadah hakiki adalah dengan menahan diri dari menodai kehormatan manusia.
Orang yang sholat di malam hari dan puasa di siang hari jika dia tidak menjaga lidahnya maka dia akan bangkrut/merugi di hari kiamat kelak”. (At Tamhid 17/443).

Tak cukup sampai di situ, mereka juga mengajarkan ibadah hakiki ini kepada putra-putra mereka.

Asy Syirozi berkata: Aku masih ingat saat aku masih kecil, aku begitu rajin ibadah, sholat mlm, Zuhud dan bertaqwa.

Suatu malam saat aku membantu ayahku dan aku belum memejamkan mataku sepanjang malam itu.
Aku ambil mushaf Al Qur’an di pangkuanku dan disekitar kami banyak manusia yg masih terlelap tidur.

Aku katakan pada ayahku: Wahai ayah, tak seorang dari mereka mengangkat kepalanya untuk sholat dua rokaat, mereka tidur bagaikan mayat …

Ayahku menjawab: Seandainya kamu juga tidur seperti mereka, itu lebih baik bagimu daripada kamu mencela orang. (Jannatul Ward hal.102)

Subhanallah….Itulah pendidikan ibadah yang hakiki…

Anehnya, banyak yang membungkus semua itu dengan nama nasehat dan jarh wa ta’dil.

Semoga Alloh merahmati Imam Ibnul Jauzi tatkala berkata: “Termasuk tipu daya Iblis terhadap orang yang menggeluti ilmu hadits adalah suka mencela di antara mereka hanya untuk kepuasan diri dan keluar dari rel jarh wa tadil yang diterapkan oleh para Ahli Hadits terdahulu untuk membela agama Alloh.
Hanya Alloh saja yang mengetahui segala isi hati manusia, tetapi yang jelas bukti kerusakan niat mereka adalah diamnya mereka dalam menjarh (mengkritik) orang-orang yang menjadi idola mereka. Para Ahli Hadits terdahulu tidaklah seperti ini.
Lihatlah Ali bin al-Madini, tatkala dia meriwayatkan dari ayahnya dan mendapati ayahnya orang yang lemah haditsnya, maka dia berkata: Pada hafalan ayahku ada kelemahan”. (Al-Muntaqa an-Nafis min Talbis Iblis hal. 123-124).

Maka kita harus wara’ dalam masalah kehormatan manusia.
Pernah ditanyakan kepada Fudhail bin Iyadh: “Apakah wara‘ itu?” Beliau menjawab: “Meninggalkan keharaman.” Lalu beliau mengatakan: “Wara‘ yang paling ditekankan adalah dalam lisan.”(Siyar, 8/434)

Jangan sampai kita wara’ dalam makanan haram dan dosa’-dosa tapi tidak wara’ dalam kehormatan manusia.

Ibnul Qayyim berkata:”Ajaibnya, banyak orang begitu menjaga diri dari memakan yang haram, berbuat dzalim, zina, mencuri, minum khamr, memandang yang haram. Namun sulit baginya mengontrol gerakan lisannya.
Bahkan orang yang dianggap beragama dan zuhud serta ibadah sekalipun melontarkan kalimat-kalimat yang mengundang murka Allah tanpa dia pedulikan, sehingga hanya dengan satu kalimat dia bisa tergelincir sejauh antara timur dan barat.
Betapa banyak orang yang berhati-hati dari perbuatan dosa dan kedzaliman namun lisannya sangat tajam kepada orang yang hidup dan telah mati tanpa peduli apa yang dia ucapkan”. (Ad Daa wa Dawa’ hlm. 366-367)

Penutup

Pria sejati bukan yang galak dan tajam lisan nya namun pria sejati adalah yang berhati-hati menjaga lisannya. Umar berkata:

“Wahai manusia. Janganlah kalian terbuai dengan kelihaian bicara seseorang. Namun barangsiapa yang menunaikan amanat dan menahan diri dari menodai kehormatan manusia maka dialah pria sejati”. (Makarimul Akhlak hlm. 89 karya Ibnu Abi Dunya).

┈┉┅━━••••━━┅┉┈

🌐 Website : abiubaidah.com
📱Facebook: FB.com/YusufAbuUbaidah
💻YouTube : bit.ly/youtubeYAU
📲Instagram: bit.ly/YAUig
🖥Twit: twitter.com/YusufAbuUbaidah
📱Tiktok : tiktok.com/@yusufabuubaidah
📟Telegram: t.me/ilmu20
📚 Ebook: abiubaidah.com/ebook

┈┉┅━━••••━━┅┉┈

Donasi Operasional YAU
| Bank Syariah Indonesia
| Cab. Cimahi
| Kode Bank 451
| No. Rek 9119-1444-15
| Atas Nama: YAU Operasional

#yau #yusufabuuabiadah #doa #keinginan #citacita #serialdoayau #kumpulandoa #serialhadits #serialhaditsyau #ilmu #ilmuagama #serialramadhan #puasaramadhan #fikihpuasa #nasehatpuasa #priasejati

Baca Juga Artikel Terbaru

Leave a Comment