Ulama Wahabi Justru Korban Pengkafiran

Ulama Wahabi Justru Korban Pengkafiran

Yusuf Abu Ubaidah As Sidawi

Sejujurnya, justru para ulama salaf yang biasa digelari wahabi dan sering dituduh suka mengkafirkan malah mereka sering jadi korban pengkafirkan. Bukan mereka yang mengkafirkan tapi justru mereka malahan yang dikafirkan.

Syaikhul Islam berkata tatkala menjelaskan ciri-ciri khawarij: “Biang kesesatan mereka adalah keyakinan mereka bahwa para ulama dan kaum muslimin keluar dari garis keadilan dan mereka semua dalam kesesatan. Inilah letak ketergelinciran kelompok-kelompok yang menyimpang dari sunnah seperti kaum Rafidhah dan sejenisnya”. (Majmu Fatawa 28/497).

Beliau juga mengatakan: “Sesungguhnya perbuatan orang-orang jahil yang mengkafirkan ulama muslimin termasuk kemunkaran yang sangat besar. Sumbernya adalah dari kaum Khowarij dan Rofidhoh yang mengkafirkan para imam kaum muslimin karena dianggap salah dalam agama, padahal para ahli Sunnah wal Jama’ah telah bersepakat bahwa ulama kaum muslimin tidak boleh dikafirkan hanya karena kesalahan semata, tetapi semua orang bisa diterima dan bisa ditolak ucapannya kecuali Rasulullah, tidak semua orang yang salah mesti dikafirkan”. (Majmu’ Fatawa 35/100)

Berikut beberapa contoh pengkafiran terhadap ulama yang dilakoni oleh sebagian orang yang memiliki penyakit dalam hatinya:

Pertama: Imam Ahmad bin Hanbal

Tatkala Imam Ahmad disiksa, maka beliau mengingatkan kepada pemimpin saat itu: “Wahai amirul mukminin, ingatlah saat engkau berdiri nanti di hadapan Allah!! Seketika pemimpin menghentikan siksaan, maka Ibnu Abi Duad kh
a
watir bila dia kasihan kepada Imam Ahmad, maka dia mengatakan: “Dia adalah seorang yang kafir kepada Allah, sesat dan menyesatkan!!”. (Siyar A’lam Nubala’ 11/262 oleh adz-Dzahabi).
Dalam lafadz lainnya: “Wahai amirul mukminin, demi Allah dia kafir musyrik, telah berbuat syirik lebih dari sekali”. (Idem 11/253)

Kedua: Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah
Ibnu Hajar al-Haitami berkata: “Janganlah tertipu dengan pengingkaran Ibnu Taimiyyah terhadap sunnahnya ziarah kubur Nabi, karena dia adalah manusia yang disesatkan oleh Allah (!), sebagaimana dikatakan al-Izzu bin Jama’ah dan dibantah secara panjang lebar oleh as-Subki dalam kitab khusus…Dan dia telah dikafirkan (!) oleh kebanyakan ulama, semoga Allah membalasnya dengan keadilan dan menghinakan orang-orang yang mengikutinya atas kedustaannya terhadap syari’at yang mulia ini”. (Hasyiyah Syarh al-Idhoh hlm. 489)
Bahkan sejarah mencatat ada seorang bernama Al Ala’ Al Bukhari yang berani mengatakan siapa yang menggelari Ibnu Taimiyyah dengan Syeikhul Islam maka dia kafir, sehingga bangkitlah Imam Ibnu Nashiruddin Ad Dimasqi menulis buku bantahan terhadap nya berjudul Ar Raddul Al Wafir Ala Man Za’ama Bi Anna Man Samma Ibna Taimiyyah Syeikhol Islam Kafir.

Sungguh, alangkah bagusnya ucapan al-Allamah Mahmud bin Ahmad al-Ainiy tatkala ditanya tentang orang yang mengkafirkan Ibnu Taimiyyah, beliau berkata -setelah memujinya-: Kalau demikian perkaranya, maka kewajiban para pemimpin adalah menghukum orang bodoh dan perusak yang mengkafirkan Ibnu Taimiyyah dengan berbagai macam hukuman berupa pukulan keras dan penjara lama. Barangsiapa menuduh kafir seorang muslim, niscaya akan kembali pada dirinya sendiri, lebih-lebih berani melontarkan ucapan najis seperti ini pada pakar ulama ini. Ditambah lagi, beliau sudah meninggal dunia, sedangkan Alloh melarang mencela orang yang sudah meninggal dunia. Sungguh Alloh pasti menampakkan kebenaran. (Lihat ar-Raddul Wafir hal. 284 oleh Ibnu Nashiruddin ad-Dimasyqi).

Ketiga: Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab

Syaikh Husain bin Ghonam menampik tuduhan kalau Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab mengkafirkan kaum muslimin dan beliau menegaskan bahwa musuh-musuh beliaulah yang malah mengkafirkannya dan menghalal
k
an darahnya, beliau berkata mensifati Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab: Tatkala beliau menampakkan dakwah tauhid di saat manusia telah mabuk cinta kemaksiatan dan dosa, beliau tidak tergesa-gesa meluncurkan kata untuk mengkafirkan orang-orang tersebut, bahkan beliau sangat berhati-hati ketika maju dalam medan tersebut sehingga semua musuh bangkit melawannya, berteriak mengkafirkannya beserta para pengikutnya di setiap negeri, mereka tidak berhati-hati dalam memikul kebohongan, bahkan begitu cepat maju mengusung ucapan keji tersebut. Sekalipun demikian, Syaikh tidak menyuruh pertumpahan darah atau peperangan dalam mengahadapi hawa nafsu dan kesesatan mereka. (Tarikh Nejed 1/33).

Ya Allah, tunjukkanlah kepada kami kebenaran dan anugerahkanlah kepada kami untuk mengikutinya.

Baca Juga Artikel Terbaru

Leave a Comment