Syeikh Ibnu Utsaimin Mengkafirkan Azhariyyin?
Buktikanlah!
Yusuf Abu Ubaidah As Sidawi
Dalam sebuah potongan video yang beredar, ada seorang Syeikh Azhar akademisi menegur seorang mahasiswanya lantaran menjadikan buku Syeikh Ibnu Utsaimin sebagai rujukan, lalu penguji tersebut mengatakan bahwa Syeikh Ibnu Utsaimin tidak layak dijadikan sebagai rujukan lantaran dia mengkafirkan Azhariyyin.
Lantas benarkah tuduhan tersebut? Dan bagaimana sebenarnya sikap Syeikh Ibnu Utsaimin dalam masalah takfir? Berikut ini tulisan singkat jawaban kami. Semoga bermanfaat.
Pertama: Syeikh Azhari adalah seorang akademisi, dia lupa atau pura pura lupa bahwa seorang akademisi bicara harus dengan data ilmiah bukan asal bunyi saja tanpa riset dan data.
Oleh karenanya, tiada kata yang lebih pantas saya katakan pada kesempatan kali ini kecuali membacakan firman Allah:
(قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ )
“Katakanlah: ‘Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar.’” (QS. al-Baqarah [2]: 111)
Buktikan ucapan anda wahai Syeikh di kitab apa Syeikh Ibnu Utsaimin mengkafirkan Azhariyyin?! Jika tidak, maka ucapan anda hanyalah bualan semata.
وَالدَّعَاوَى مَا لَمْ تُقِيْمُوْا عَلَيْهَا
بَيَّنَاتٍ أَصْحَابُهَا أَدْعِيَاءُ
Segala tuduhan tanpa bukti,
maka pelontarnya hanya pembual semata.
Lagian Azhariyyun itu masih global. Orang Azhar yang mana yang anda maksud? Apakah yang anda maksud adalah semisal Syeikh Abdur Razzaq Afifi, Syeikh Muhammad Hamid Al Faqi, Syeikh Khalil Haras dan lain-lain dari ulama salaf? Tentu tidak, Syeikh Ibnu Utsaimin memuji mereka. Apakah yang anda maksud adalah Asyairah, ternyata Syeikh Ibnu Utsaimin juga tidak mengkafirkan mereka. Maka tunjukkan secara ilmiah dan dengan data yang akurat maksud anda.
Kedua: Saya banyak membaca dan mempelajari buku-buku karya Syeikh Ibnu Utsaimin, dan alhamdulillah Allah anugerahkan kepada saya duduk belajar di Markaz Syeikh Ibnu Utsaimin empat tahun lamanya bersama murid-murid senior dan menantu Syeikh Ibnu Utsaimin, kami bersaksi bahwa Syeikh Ibnu Utsaimin adalah salah satu ulama Ahli Sunnah wal Jama’ah rabbaniyyin yang berpegang teguh dengan aqidah salaf shalih, jauh dari faham Khawarij dan Murjiah, beliau sangat berhati-hati dalam masalah takfir, lisan dan akhlak beliau sangat mulia.
Maka dengan tegas kami katakan bahwa tuduhan ini kedustaan yang anda obral dengan harga murah. Syeikh Ibnu Utsaimin sendiri sering mengatakan: “Adapun saya, betapa banyak orang berdusta kepada saya. Semoga Allah memberi hidayah kepada mereka”.
Subhanalloh, alangkah murahnya dia mengobral harga kebohongan dan alangkah mudahnya dia melontarkan tuduhan. Sungguh benar ucapan Imam Ibnu Qoyyim al-Jauziyyah:
فَالْبُهْتُ عِنْدَكُمُ رَخِيْصٌ سِعْرُهُ
حَثْوًا بِلاَ كَيْلٍ وَلاَ مِيْزَانِ
Di sisi kalian dusta itu sangat murah harganya
Hamburan-nya tanpa ditakar dan ditimbang. (Al Kafiyah Asy Syafiyah no: 2993)
Demi Alloh, tuduhan anda ini sunguh keterlaluan. Saya ingatkan anda dengan hadits Nabi Muhammad :
مَنْ قَالَ فِيْ مُؤْمِنٍ مَا لَيْسَ فِيْهِ, حُبِسَ فِيْ رَدْغَةِ الْخَبَالِ حَتَّى يَأْتِيَ بِالْمَخْرَجِ مِمَّا قَالَ
“Barangsiapa yang menuduh seorang Mukmin secara dusta, maka dia akan ditahan di tanah lumpur Neraka sehingga dia mencabut ucapannya. (HR. Abu Dawud II/117, al-Hakim dalam al-Mustdrak II/27, Ahmad II/70 dan lain-lain. Lihat Silsilatul Ahaadits ash-Shohihah no. 437)
Dalam kitab Tsamarat Tadwin min Masail Ibni Itsaimin Karya Syeikh Dr. Ahmad bin Abdur Rahman Al Qadhi hlm. 52, beliau pernah bertanya kepada Syeikh Ibnu Utsaimin pada 5/8/1420: Bolehkah shalat di belakang orang yang beraqidah Asyari?
Syeikh Ibnu Utsaimin menjawab: “Boleh shalat di belakangnya. Dan saya tidak mengetahui seorang ulama yang mengkafirkan Asyairah”.
Terus, dari mana bualan Usamah Al Azhari yang mendongeng bahwa Syeikh Ibnu Utsaimin mengkafirkan Azhariyyin?!!
Ketiga: Syeikh Ibnu Utsaimin sangat berhati-hati dalam masalah takfir, termasuk kepada kaum Asyairah. Ucapan-ucapan beliau dalam masalah ini sangat banyak sekali di berbagai kitab-kitab karya nya. Saya nukil saja sebagiannya saja, terutama ucapan beliau tentang Asyairah karena sepertinya ini yang paling membuat Azhariyyun secara umum tidak inshaf kepada Syeikh Ibnu Utsaimin, dimana beliau sangat gamblang memaparkan aqidah salaf dalam tauhid asma’ wa shifat dan membantah kerancuan ahli takwil semisal kaum Asyairah.
Beliau pernah mengatakan
“Bila seorang berkata: Apakah kalian mengkafirkan ahli takwil atau menfasiqkan mereka? Kami jawab: Menghukumi seorang dengan kafir dan fasiq bukan kepada kita standarnya, tapi kepada Allah dan rasulNya. Dia termasuk hukum syari yang sumbernya dikembalikan kepada Al Quran dan As Sunnah. Maka harus tatsabbut secara ekstra sekali. Tidak boleh seorang dianggap kafir atau fasiq kecuali berdasarkan Al Quran dan As Sunnah.
Pada asalnya seorang muslim tetap dalam keislamannya sehingga ada dalil syari yang mengeluarkannya. Tidak boleh bagi kita untuk gegabah dalam mengkafirkannya atau menfasiqkannya karena hal itu membawa dua dampak negatif yang sangat berbahaya:
Pertama: Membuat kedustaan kepada Allah dalam hukum kafir kepada orang yang dia kafirkan.
Kedua: Terjatuh dalam ancaman kafir kalau ternyata yang dia kafirkan tidak kafir, sebagaimana dalam hadits: “Apabila seorang mengkafirkan saudaranya maka akan kembali kepada salah satunya”.
Oleh karena itu, seharusnya sebelum menghukumi seorang muslim dengan kekafiran hendaknya memperhatikan dua hal penting:
Pertama: Adanya dalil-dalil dari Al-Qur’an dan Sunnah yang menetapkan bahwa ucapan dan perbuatan tersebut merupakan kekufuran.
Kedua: Hukum tersebut betul-betul terpenuhi pada pelontar atau pelaku tersebut, dalam artian telah terpenuhi syarat-syaratnya dan tidak ada pengahalang-penghalangnya.
(Lihat kitab Al Qawa’idul Mutsla hlm. 89 karya Syeikh Ibnu Utsaimin, cetakan Muassasah Syeikh Ibnu Utsaimin)
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin juga berkata: “Hendaknya seorang manusia bersikap hati-hati dari mengkafirkan orang yang tidak dikafirkan oleh Allah dan rasulNya atau melontarkan permusuhan Allah kepada seorang yang bukan musuh Allah dan rasulNya. Hendaknya dia menahan lidahnya karena lidah adalah sumber bencana”.
(Fatawa fil Aqidah
2/754)
Keempat: Lebih lucu lagi, saya pernah membaca sebuah tulisan juga, penulisnya menuduh bahwa Syeikh Ibnu Utsaimin mengkafirkan Al Hafidz Ibnu Hajar Al Asqalani dan An Nawawi. Subhanallah, alangkah dustanya ucapan yang keluar dari mulut mereka. Tidakkah dia takut akan akhirat? Tidakkah dia takut bahwa daging ulama itu beracun?
Tidak perlu diperpanjang lagi bantahannya karena ini sungguh nyata sekali dustanya. Cukuplah sebagai bukti kedustaannya bahwa Syeikh Ibnu Utsaimin mengajarkan dan mensyarah kitab-kitab karya dua ulama ini, diantaranya adalah Syarh Arbain Nawawiyyah, Syarh Riyadh Shalihin, Syarah Bulughul Maram, Syarah Nukhbatul Fikar.
Kelima: Tuduhan dusta tersebut tidaklah membahayakan dan menggoyang kursi kedudukan Syaikh Syeikh Ibnu Utsaimin, bahkan sebalik-nya, sangat membahayakan nasib para pencela dan penuduh beliau sendiri.
يَا نَاطِحَ الْجَبَلِ الْعَالِيْ لِيَكْلِمَهُ
أَشْفِقْ عَلَى الرَّأْسِ لاَ تُشْفِقْ عَلَى الْجَبَلِ
Hai orang yang akan menabrak gunung tinggi untuk menghancurkannya
Kasihanilah kepala anda, jangan kasihan pada gunungnya. (Jami’ Bayanil Ilmi, Ibnu Abdil Barr 2/320)
Ketahuilah wahai Syeikh Azhari, sekalipun anda mencela Syeikh Ibnu Utsaimin dan mencemarkan citra baiknya, tetapi hal itu tidaklah mempengaruhi derajat kedudukannya.
مَا يَضِيْرُ الْبَحْرَ أَمْسَى زَاخِرًا
أَنْ رَمَى فِيْهِ غُلاَمٌ بِحَجَرْ
Lautan pasang tak akan terganggu
Hanya karena anak kecil yang melemparinya dengan batu
ٌلَوْ رَجَمَ النَّجْمَ جَمِيْعُ الْوَرَى
لَمْ يَصِلِ الرَّجْمُ إِلَى النَّجْمِ
Walau seluruh makhluk melempari bintang
Lemparan itu tak akan sampai ke bintang.
Ini sedikit coretan jawaban yang bisa saya goreskan secara singkat, sebagai pembelaan kepada kehormatan ulama, lebih-lebih Syeikh Ibnu Utsaimin yang sangat berjasa bagi kami. Semoga Allah merahmati Syeikh Ibnu Utsaimin dan meninggikan derajat beliau di Surga.
Ditulis di atas pesawat saat perjalanan Jakarta-Jeddah, 25 Desember 2024.
Foto: Ini karya-karya Syeikhu Masyayikhina Muhammad bin Shalih Al Utsaimin sekitar 160 judul. Lantas mana karya tulismu wahai para pendengki dan pencela Syeikh?!