Ustadz Abu Ubaidah yang Kukenal…
A. Pengantar
Pembaca mulia, mungkin di antara pembaca, banyak yang bertanya-tanya, siapa itu Abu Ubaidah Yusuf As-Sidawi? Na’am, ketika awal mula blog ini dibuat, tercatat ratusan orang mengklik halaman “Tentang Ustadz”. Kami memohon maaf apabila halaman tersebut kosong cukup lama. Perlu pembaca ketahui bahwa Ustadz Abu Ubaidah sebenarnya enggan dan malu menulis risalah biografi yang menceritakan dirinya sendiri. Kamilah yang terus menerus mendesaknya. Kami berharap agar apa yang beliau ceritakan dari perjalanan beliau menuntut ilmu, dapat menjadi contoh bagi kita semua, khususnya kita yang masih muda. Ini karena aktivitas thalabul ilmi yang beliau jalani, dimulai semenjak beliau masih kecil. Dan di saat beliau masih dikatakan sebagai pemuda, beliau sudah memasuki dunia dakwah, khususnya dakwah dengan tulisan-tulisan beliau di Majalah Al-Furqon. Kami sangat berharap agar kita, khususnya yang masih muda, dapat meniru kesungguhan beliau dalam ilmu, amal dan dakwah. Betapa sangat disayangkan, kita melihat kebanyakan anak muda kaum muslimin (mudah-mudahan Allah memperbaiki kita semua) terbuai dalam hal sia-sia atau terlena dalam urusan dunia. Selain itu, ditulisnya biografi ini untuk menjawab pertanyaan saudara-saudara yang “anti salafi” yang menanyakan, Siapa ini “Abu Ubaidah”?
Oya, anda pernah mengajak kami kerumah anda untuk membincangkan masalah ini bukan? bagaimana kalau kita membuka forum? forum terbuka, semacam dialog terbuka…. tentukan harinya, kami siapkan perbicara dalam dialog ini…..
kami tunggu jawabannya….. biar bukan hanya tertulis di web yang sifatnya subjektif , tapi didengar audien….
trimakasih…
hormat saya……
wassalam. wr. wb..
@ Al-Bantani
Wa’alaikumussalaam Warahmatullah wa Barakatuh.
——-admin———-
Assalamu’alaikum
maaf, klo boleh saya ikut komentar, saya setuju dengan usul admin. Adapun dialog dengan tertutup lebih condong kepada kemaslahatan bersama karena kadang dalam dialog terbuka emosi penonton dapat ikut menentukan hasil, jadi tidak ilmiah. Karena toh apapun yg didapat dr hasil dialog ini bukanlah menang atau kalah tapi yg penting kebenaran yg dituju.
Adapun jika pak ahmad khoiruddin tetap ingin melakukan dialog terbuka, saran saya untuk pak ahmad dan ustadz abu ubaidah, lakukan silaturahmi terlebih dahulu, entah ustadz abu yg mengunjungi pak ahmad atau sebaliknya. Tujuannya adalah agar kedua belah pihak dpt saling mengenal terlebih dahulu, lalu bicarakanlah poin2 apa saja yg hendak dibahas dalam dialog agar ketika dialog nanti permasalahan tidak melebar kemana2. Terakhir, pilihlah moderator dari pihak yg benar2 netral dan dapat meredakan suasana jika terjadi ketegangan.
Sekali lagi, saya wanti2…hendaknya jika dialog nanti jadi, baik terbuka atau tertutup, tidak bertujuan untuk menang-kalah atau untuk menjatuhkan pihak2 tertentu, tp arahkan untuk mencari kebenaran semata, sehingga apapun hasilnya nanti, bila memang didapat secara ilmiah hendaknya kedua belah pihak dapat menerima dengan ikhlas, dan yg lebih penting lagi ya saudaraku semua, ukhuwah islamiyah bisa terjaga, tidak ada NU, tidak ada wahabi, yg ada hanya islam.
Wassalamu’alaikum
assalamu’alaikum
ana berhusnudzon pada al akh al bantani bahwa maksud ebliau mengajak dialog terbuka adalah untuk menyampaikan hasil dialog tersebut kepada masyarakat an memberikan kepahaman kepada mereka. bukan bermaksud untuk menjatuhkan pihak lawan (atau bunuh diri).
sedangkan kemaslahatan lebih besar jika diadakan secara tertutup untuk menghindari intervensi oknum pendukung kedua pihak. na’udzubillah, kami berlepas diri dari mereka.
untuk mengkompromikan kedua usul di atas, bagaimana jika dialog ini tetap diadakan secara tertutup namun didokumentasikan atau disiarkan di radio.
assalamualaikum ust.
jauhilah kalian debat yang hanya untuk menjadi pemenang bukan untuk mengetahui kebenaran..hadakumullohu li rusydik..!