Pembaharuan Agama

Pembaharuan Agama
Antara Pemahaman Ulama dan Juhala

 

Muqoddimah

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menginformasikan bahwa akan senantiasa ada sebagian kelompok kaum muslimin yang memperbaharui agama. Namun, apa yang dimaksud dengan pembaharuan agama dan siapakah pembaharu agama?! Pertanyaan tersebut sangat penting untuk diketahui jawabannya karena pada zaman sekarang sebagian kalangan yang menyimpang telah mencomot kata tajdid (pembaharuan agama) untuk meracuni Islam dengan pemikiran-pemikiran sesat yang jauh dari Islam dan pemahaman ulama kaum muslimin. Semua itu mereka lakukan dengan alasan “pembaharuan agama”, padahal sebenarnya mereka telah merusak dan meruntuhkan pondasi-pondasi agama.

Propaganda “pembaharuan agama” ini sangat berbahaya, tampaknya indah tetapi ternyata mengandung racun yang berbahaya. Bahkan tidak salah kalau dikatakan bahwa propaganda ini adalah permainan orang-orang kafir, sebab mereka memahami—setelah pengalaman yang lama—bahwa menghancurkan Islam dari luar sangatlah berat, maka mereka berusaha untuk menghancurkan Islam dari dalam.

Ironisnya, propaganda menipu tersebut ternyata telah berhasil memakan korban sebagian kaum muslimin yang lemah iman dan ilmu. Oleh karenanya, kita akan membahas hadits tentang pembaharuan agama dan maknanya menurut para ulama. Semoga Alloh menjauhkan kita dari segala fitnah.[1]

Teks Hadits

إِنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ إِلَى هَذِهِ الأُمَّةِ عَلَى رَأْسِ كُلِّ مِائَةِ سَنَةٍ مَنْ يُجَدِّدُ لَهَا دِيْنَهَا

“Sesungguhnya Alloh mengutus kepada umat ini pada setiap seratus tahun orang yang memperbaharui agama-Nya.”

Takhrij Hadits

SHOHIH. Diriwayatkan oleh Abu Dawud (4291) dan al-Hakim dalam al-Mustadrok (4/522), ath-Thobroni dalam al-Ausath (6527), al-Baihaqi dalam Ma’rifah Sunan wal Atsar (1/137), al-Harowi dalam Dzammul Kalam (1108). Hadits ini dikuatkan al-Hafizh al-’Iraqi sebagaimana dalam Faidhul Qodir (2/282), al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Tawali Ta’sis (hlm. 48), as-Sakhowi dalam al-Maqoshidul Hasanah (hlm. 203), al-Albani dalam ash-Shohihah (2/123), bahkan al-Hafizh as-Suyuthi berkata dalam at-Tanbi’ah Fima Yab’atsuhulloh ’Ala Ro’si Kulli Sanah (hlm. 19), “Para ulama sepakat bahwa hadits ini shohih.”[2]

Makna Pembaharuan Agama Menurut Ulama

Informasi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas telah terbukti. Alloh senantiasa membangkitkan sebagian hamba-Nya untuk membela agama dan memperbaharuinya di saat dibutuhkan pembaharuan. Namun apakah makna pembaharuan agama dan siapakah yang disebut pembaharu agama?!! Ikutilah penjelasan berikut ini.

Al-Alqomi rahimahullah berkata, “Pembaharuan agama yakni menghidupkan ajaran-ajaran al-Qur’an dan as-Sunnah yang telah hilang dan ditinggalkan manusia.”[3]

Al-Munawi rahimahullah berkata, “Makna ‘memperbaharui agama’ yaitu menjelaskan dan membedakan antara perkara sunnah dan bid’ah, menyebarkan ilmu agama, membela ahli ilmu dan membantah ahli bid’ah. Hal itu tidak bisa terwujudkan, kecuali bagi orang yang alim tentang agama. Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, ‘Setiap kaum mengaku bahwa imam mereka adalah yang dimaksud oleh hadits ini, tetapi tampaknya hadits ini mencakup seluruh ulama pada setiap bidang, baik tafsir, hadits, fiqih, nahwu, bahasa, dan sebagainya.’”[4]

Al-Qori rahimahullah berkata, “Memperbaharui agama yaitu menjelaskan sunnah dari bid’ah, menyebarkan ilmu dan memuliakan ulama, menghancurkan bid’ah dan membantah ahli bid’ah.”[5]

Syamsul Haq Azhim Abadi rahimahullah berkata, “Perhatian: Dari penjelasan lalu dapat kita ketahui bahwa memperbaharui agama yakni menghidupkan ajaran-ajaran al-Qur’an dan as-Sunnah yang telah hilang dan ditinggalkan manusia dan mematikan bid’ah-bid’ah dalam agama.” Selanjutnya beliau menukil ucapan penulis Majalis Abror bahwa pembaharu agama tidak diketahui, kecuali dengan penilaian para ulama yang hidup sezamannya dengan indikasi keadaannya dan manfaat ilmunya, sebab seorang pembaharu agama harus: berilmu agama, pembela sunnah, penghancur bid’ah, ilmunya tersebar di masanya. Pembaharuan agama itu pada setiap seratus tahun karena biasanya banyak para ulama yang meninggal, sunnah menipis, tampak kebid’ahan, sehingga diperlukan pembaharuan agama. Alloh akan membangkitkan di kalangan hamba-Nya yang menggantikan posisi salaf, baik satu atau lebih.[6]

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa maksud pembaharuan agama dalam hadits adalah menghidupkan ajaran Islam yang menghilang, menyebarkannya di khalayak manusia dan menganjurkan manusia untuk mengamalkannya, memberantas kebid’ahan dan ahli bid’ah, kembali kepada ajaran generasi dahulu, baik melalui seseorang atau berjumlah lebih yang meluruskan jalan yang bengkok dan membersihkan debu yang menjadikan manusia menyimpang dari agama Alloh. Hal itu ada pada setiap seratus tahun karena biasanya pada waktu yang lama itu manusia sudah banyak yang menyimpang dari jalan yang lurus.[7]

Makna Pembaharuan Ala Juhala

Pada zaman kita, gelar “pembaharu agama” ini diobral dengan harga yang sangat murah, diberikan kepada setiap orang jahil yang melontarkan pendapat-pendapat aneh dan nyeleneh (menyimpang). Semua ini adalah penyesatan, sebab pembaharu yang sebenarnya adalah seorang yang mengilmui syari’at Alloh dan tegar di atas sunnah Rosululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam[8].

Benar, sebagian orang ada yang mengguncang fondasi Islam dan merobohkan bangunannya dengan dalih “pembaharuan agama”. Mereka mengeluarkan pemikiran-pemikiran aneh bin nyeleneh yang jauh dari agama Islam dengan alasan pembaharuan agama, padahal hakikatnya mereka merusak agama. Para pembawa bendera propaganda ini pada zaman sekarang adalah Jaringan Iblis Liberal (JIL) yang banyak mengeluarkan pemikiran-pemikiran sesat. Berikut ini akan kami sampaikan beberapa contoh “pembaharuan agama” dan “penyegaran Islam” ala mereka agar kita mewaspadainya.

Ulil Abshar Abdalla berkata dalam artikelnya “Menyegarkan (baca: Memperkeruh, Pen) Kembali Pemahaman Islam”[9]:

“Saya mengemukakan sejumlah pokok pikiran di bawah ini sebagai usaha sederhana menyegarkan kembali pemikiran Islam yang cenderung membeku, menjadi paket yang sulit didebat dan dipersoalkan: paket Robb yang disuguhkan kepada kita dengan cara sederhana: take it leave it! Islam yang disuguhkan dengan cara demikian, amat berbahaya bagi kemajuan Islam itu sendiri. Jalan satu–satunya menuju kemajuan Islam adalah dengan mempersoalkan cara kita menafsirkan agama ini.” Lanjutnya kemudian, “Aspek-aspek Islam yang merupakan cerminan kebudayaan Arab misalnya, tidak usah diikuti. Contoh, soal jilbab, potong tangan, qishosh, rajam, jenggot, dan jubah, tidak wajib diikuti. Karena itu hanya ekspresi lokal particular Islam di Arab.”

Dengan sedikit paparan di atas, sangat nyata bagi kita perbedaan pandangan makna pembaharuan ala ulama dan pembaharuan ala juhala. Maka tanyakanlah pada dirimu, jalan manakah yang hendak engkau pilih?!!

Penulis: Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar as-Sidawi
Artikel www.abiubaidah.com

[1]   Mafhum Tajdid Baina Sunnah Nabawiyyah wa Baina Ad’iya Tajdid al-Mu’ashirin kar. Dr. Mahmud ath-Thohhan (hlm. 1–2)

[2]   Lihat takhrij hadits ini secara lebih lengkap dalam kitab Irsyad Fuhul Ila Tahrir Nuqul Fi Tashhih Haditsil ’Udul kar. Syaikh Salim bin ’Id al-Hilali (hlm. 285–289)

[3]   Faidhul Qodir Syarh Jami’ush Shoghir (2/281)

[4]   Ibid.

[5]   Aunul Ma’bud Syarh Sunan Abi Dawud (11/391)

[6]   Ibid.

[7]   Mafhum Tajdid Baina Sunnah Nabawiyyah wa Baina Ad’iya Tajdid al-Mu’ashirin kar. Dr. Mahmud ath-Thohhan (hlm. 4)

[8]   Min A’lam al-Mujaddidin kar. Syaikh Dr. Sholih bin Fauzan al-Fauzan (hlm. 4–6)

[9]   Dimuat dalam harian Kompas pada 18 Nopember 2002 M, lalu dibukukan beserta komentar pro dan kontra tulisan terkait dalam buku Islam Liberal dan Fundamental. Tulisan keji ini telah dibantah secara terperinci oleh al-Ustadz Dr. Muhammad Arifin Badri b\ dalam bukunya Kebangkitan Paham Abu Jahal.

Baca Juga Artikel Terbaru

5 Thoughts to “Pembaharuan Agama”

  1. kl ulil abshor dengan JIL-nya itu
    lebih tepat kl disebut PERUSAK AGAMA bukan Pembaharu (mujtahid)

    sekedar bagi info
    Yuk mampir ke blog ane..
    http://www.gudangilmuislam.blogspot.com
    kami menyediakan TSAQOFAH ALBAYAN yang berisi Konten Islami sebesar 500GB, yg terdiri dari kitab dalam bahasa arab dan Indonesia, ebook, artikel, software, program belajar bahasa arab, Film, kajian… dan masih banyak lagi…

  2. Ukhti Hanifa

    syukron…. ilmunya!! ana setuju… butuh pemahaman dan ilmu yang dalam untuk memahami ini semua… banyak orang2 yang mencampurkan nash – nash dengan hawa nafsu sehingga mereka tidak dapat berfikir secara murni!! mari hidupkan sunnah yang sudah banyak tercampur dengan bid’ah – bid’ah…

  3. maman suryaman

    syukran ustdz ats ilmunya.memang jil itu sgt brbhy lbh drpd srngn militer zionis d palestin.krn mrk sngja didanai oleh yahudi utk menghncrkn islam dri dlm !

  4. rudi

    syukron tadz tas ilmu’y…
    cuma ane msi bingung soal pembagian tauhid menjadi 3 macm,. ane pernah baca artikel kalo pembagian tauhid menjadi rububiyah, uluhiyah n shifatiyah adalah perbuatan bid’ah. . .
    kalo g bid’ah apakah rasul mengajarkan tauhid semacaam itu???
    soal’y setahu ane semua bid’ah adalah sesat dan neraka, ???

    mohon pencerahan tadz abu..
    syukron katsir

  5. […] Ironisnya, propaganda menipu tersebut ternyata telah berhasil memakan korban sebagian kaum muslimin yang lemah iman dan ilmu. Oleh karenanya, kita akan membahas hadits tentang pembaharuan agama dan maknanya menurut para ulama. Semoga Alloh menjauhkan kita dari segala fitnah.[1] […]

Leave a Comment