Kiat Islami Menghadapii Kedzaliman Pemimpin

Kiat Islami Menghadapii Kedzaliman Pemimpin

Abu Ubaidah Yusuf As Sidawi

Saudaraku, Nabi jauh-jauh hari telah mengabarkan adanya pemimpin-pemimpin dzalim yang mengutamakan diri mereka dan keluarga mereka. Dan kita tidak menyetujui sikap dan keputusan mereka. Namun, perhatikanlah bagaimana nasehat dan petunjuk Nabi yang mulia. Rasulullah bersabda:

سَتَكُونُ أثَرَةٌ وأُمُورٌ تُنْكِرُونَها، قالوا: يا رَسولَ اللَّهِ، فَما تَأْمُرُنا؟ قالَ: تُؤَدُّونَ الحَقَّ الذي علَيْكُم، وتَسْأَلُونَ اللَّهَ الذي لَكُمْ.

“Sesungguhnya akan ada setelahku para pemimpin yang mementingkan diri mereka sendiri, perkara-perkara yang kalian ingkari. Para sahabat bertanya, “Wahai rasulullah apa yang engkau perintahkan kepada kami?” Beliau menjawab, “Hendaklah kalian menunaikan kewajiban kalian dan mintalah hakmu kepada Alloh. (HR.Bukhari 13/5, Muslim 3/1472).

Dalam hadits ini, Nabi mengabarkan akan adanya pemimpin yang dzalim namun beliau tetap menganjurkan kepada rakyat untuk tetap melaksanakan kewajiban dan menunaikan hak pemimpin. Kedzaliman pemimpin tidak dijadikan alasan oleh Nabi untuk memberontaknya.

Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: “Kekurangan para pemimpin dalam menunaikan hak rakyat tidak membuka pintu alasan bagi rakyat untuk tidak menunaikan hak pemimpin apapun alasan mereka. Ini tidak boleh menjadi pembenaran. Karena syariat dan akal meniadakan hal itu”. (Minhaj Sunnah 4/531).

Dalam hadits-hadits yang derajatnya mencapai derajat mutawatir, Nabi tetap memerintahkan agar kita sabar, sabar dan sabar. Beliau bersabda:

مَنْ رَأَى مِنْ أَمِيْرِهِ شَيْئًا يَكْرَهْهُ فَلْيَصْبِرْ فَإِنَّهُ مَنْ فَارَقَ الْجَمَاعَةَ شِبْرًا فَمَاتَ فَمِيْتَةً جَاهِلِيَّةً

“Barangsiapa yang melihat sesuatu yang ia benci dari penguasanya maka hendaklah ia bersabar. Barangsiapa yang meninggalkan jama’ah sejengkal saja maka dia mati seperti mati jahiliah”. (HR.Bukhari 7143, Muslim 1849).

Apa yang diperintahkan oleh Nabi berupa sabar terhadap kedzaliman pemimpin dan tidak memberontak mereka itu adalah lebih baik bagi hamba untuk kemaslahatan dunia dan akherat. Siapa yang menyelisihinya maka akan membawa kerusakan.
Oleh karena Ahlu Sunnah menetapkan dalam kitab-kitab aqidah mereka untuk bersabar atas kedzaliman pemimpin dan tidak memberontak mereka. (Minhaj Sunnah, Ibnu Taimiyyah, 4/531).

Oleh karenanya, “Bersabar atas kezhaliman penguasa termasuk pokok aqidah ahlus sunnah wal jama’ah”. (Majmu’ Fatawa, Ibnu Taimiyyah, 28/48).

Marilah kita semua banyak bertaubat, memperbaiki diri, meningkatkan amal shalih, banyak berdoa kepada Allah. Inilah kunci dan solusi menghadapi fitnah ini.

Imam Hasan al-Bashri mengatakan: “Ketahuilah kezhaliman penguasa adalah kemurkaan dari kemurkaan Alloh. Kemurkaan Alloh tidaklah dihadapi dengan pedang, akan tetapi hadapilah dengan takwa, tolaklah dengan doa, taubat dan menjauhkan dosa”. (Adab al-Hasan al-Bashri hal. 119).

Imam Ibnu Abil Izzi mengatakan, “Adapun taat kepada penguasa tetap wajib sekalipun mereka zhalim, karena keluar dari ketaatan mereka akan menimbulkan kejelekan yang banyak melebihi ke zhaliman mereka. Bahkan sabar atas ke zhaliman penguasa adalah penghapus dosa, melipat gandakan pahala, karena tidaklah Alloh menimpakan hal itu kecuali karena kejelekan perbuatan kita sendiri. Balasan itu setimpal dengan perbuatan. Wajib bagi kita untuk bersunguh-sungguh meminta ampun kepada Alloh, taubat dan memperbaiki diri.
Maka apabila rakyat ingin lepas dari kezhaliman penguasa hendaklah mereka mengawali dengan meninggalkan perbuatan zhalim pada diri mereka sendiri”. (Syarh Aqidah Ath Thohawiyah 2/542).

Semoga Allah menjaga negeri ini dari kekacauan. Semoga Allah segera mengangkat wabah ini. Semoga Allah memberikan taufiq kepada para pemimpin negeri ini menuju ridhoNya.

Baca Juga Artikel Terbaru

Leave a Comment