Muhammad bin Abdul Wahhab: Fitnah Nejed?

(Kritikan Ilmiah untuk Penentang Dakwah Tauhid Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab)

disusun oleh:

Abu Ubaidah Yusuf As-Sidawi

.

membela dakwah tauhidSesungguhnya Alloh telah berjanji menjaga kemurnian agama-Nya, dengan membangkitkan sebagian hamba-Nya untuk berjuang membela agama dan membantah ahli bid’ah, para pengekor hawa nafsu, yang seringkali menyemarakkan agama dengan kebid’ahan dan mempermainkan dalil al-Qur’an dan as-Sunnah seperti anak kecil mempermainkan tali mainannya. Mereka memahami nash-nash dengan pemahaman yang keliru dan lucu. Hal itu karena mereka memaksakan dalil agar sesuai dengan selera hawa nafsu.

Bila anda ingin bukti, terlalu banyak, tetapi contoh berikut ini mungkin dapat mewakili.

Dalam sebuah majalah bulanan yang terbit di salah satu kota Jawa timur, seorang yang menamakan dirinya ”Masun Said Alwy” menulis sebuah artikel sekitar sepuluh halaman berjudul ”Membongkar Kedok Wahabi, Satu Dari Dua Tanduk Setan”.

Setelah penulis mencoba membaca tulisan tersebut, ternyata hanya keheranan yang saya dapati. Bagaimana tidak? Tulisan tersebut tiada berisi melainkan kebohongan dan kedustaan, sampai-sampai betapa hati ini ingin sekali berkata kepada penulis makalah tersebut, ”Alangkah beraninya anda berdusta! Tidakkah anda takut siksa?!”

Sungguh banyak sekali kebohongan yang kudapati([1]), namun yang menarik perhatian kita untuk menjadi topik bahasan rubrik hadits adalah ucapannya yang berkaitan tentang “hadits” sebagai berikut:

”Sungguh Nabi SAW telah memberitakan akan datangnya Faham Wahabi ini dalam beberapa hadits, ini merupakan tanda kenabian beliau SAW dalam memberitakan sesuatu yang belum terjadi. Seluruh hadits-hadits ini adalah shahih, sebagaimana terdapat dalam kitab shahih Bukhari & Muslim dan lainnya”. Di antaranya:

الْفِتْنَةُ مِنْ هَا هُنَا الْفِتْنَةُ مِنْ هَا هُنَا وَأَشَارَ إِلَى الْمَشْرِقِ

Fitnah itu datangnya dari sana, fitnah itu datangnya dari arah sana, sambil menunjuk ke arah timur (Nejed). HR. Muslim dalam Kitabul Fitan

يَخْرُجُ نَاسٌ مِنَ الْمَشْرِقِ يَقْرَأُوْنَ الْقُرْآنَ لاَ يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ يَمْرُقُوْنَ مِنَ الدِّيْنِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ لاَ يَعُوْدُوْنَ فِيْهِ حَتَّى يَعُوْدَ السَّهْمُ إِلَى فَوْقِهِ سِيْمَاهُمْ التَّحْلِيْقُ. رواه البخاري

Akan keluar dari arah timur segolongan manusia yang membaca Al Qur’an namun tidak sampai melewati kerongkongan mereka (tidak sampai ke hati), mereka keluar dari agama seperti anak anah keluar dari busurnya, mereka tidak akan bisa kembali seperti anak panah yang tak akan kembali ke tempatnya, tanda-tanda mereka ialah bercukur. HR. Bukhari no 7123, Juz 6 hal 20748. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ahmad, Ibnu Majah, Abu Dawud dan Ibnu Hibban.

Nabi SAW pernah berdoa

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ شَامِنَا, اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ يَمَنِنَا

Ya Alloh, berikanlah kami berkah dalam negara Syam dan Yaman.

Para sahabat bertanya: Dan dari Nejed wahai Rasulullah, beliau berdoa: Ya Alloh, berikanlah kami berkah dalam negara Syam dan Yaman, dan pada yang ketiga kalinya beliau SAW bersabda:

هُنَاكَ الزَّلاَزِلُ وَالْفِتَنُ وَبِهَا يَطْلَعُ قَرْنُ الشَّيْطَانِ وَفِيْ رِوَايَةٍ قَرْنَا الشَّيْطَانِ

Di sana (Nejed) akan ada keguncangan fitnah serta di sana pula akan muncul tanduk Syetan. Dalam riwayat lain: Dua tanduk Syetan.


Bani Hanifah adalah kaum nabi palsu Musailamah Al-Kadzdzab dan Muhammad bin Su’ud. Kemudian dalam kitab tersebut Sayyid Alwi menyebutkan bahwa orang yang tertipu ini tiada lain ialah Muhammad bin Abdul Wahhab…”.

Dalam hadits-hadits tersebut dijelaskan, bahwa tanda-tanda mereka adalah bercukur (gundul). Dan ini adalah merupakan nash yang jelas ditujukan kepada para penganut Muhammad bin Abdul Wahab, karena dia telah memerintahkan setiap pengikutnya mencukur rambut kepalanya hingga mereka yang mengikuti tidak diperbolehkan berpaling dari majlisnya sebelum bercukur gundul. Hal seperti ini tidak pernah terjadi pada aliran-aliran sesat lain sebelumnya seperti yang dikatakan oleh Sayyid Abdur Rahman al-Ahdal: “Tidak perlu kita menulis buku untuk menolak Muhammad bin Abdul Wahhab, karena sudah cukup ditolak oleh hadits-hadits Rasulullah SAW itu sendiri yang telah menegaskan bahwa tanda-tanda mereka adalah bercukur (gundul), karena ahli bid’ah sebelumnya tidak pernah berbuat demikian”.

Al Allamah Sayyid Alwi bin Ahmad bin Hasan bin Al-Quthub Abdullah Al-Haddad menyebutkan dalam kitabnya “Jala’udz Dzolam” sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abbas bin Abdul Muthalib dari Nabi SAW:

سَيَخْرُجُ فِيْ ثَانِيْ عَشَرَ قَرْنًا فِيْ وَادِيْ بَنِيْ حَنِيْفَةَ رَجُلٌ كَهَيْئَةِ الثَّوْرِ لاَيَزَالُُ يَلْعَقُ بَرَاطِمَهُ يَكْثُرُ فِيْ زَمَانِهِ الْهَرَجُ وَالْمَرَجُ يَسْتَحِلُّوْنَ أَمْوَالَ الْمُسْلِمِيْنَ وَيَتَّخِذُوْنَهَا بَيْنَهُمْ مَتْجَرًا وَيَسْتَحِلُّوْنَ دِمَاءَ الْمُسْلِمِيْنَ

Akan keluar di abad kedua belas nanti di lembah Bani Hanifah seorang lelaki, yang tingkahnya bagaikan sapi jantan (sombong), lidahnya selalu menjilat bibirnya yang besar, pada zaman itu banyak terjadi kekacauan, mereka menghalalkan harta kaum muslimin, diambil untuk berdagang dan menghalalkan darah kaum muslimin”. Al-Hadits.

INILAH JAWABANNYA

Demikianlah teks ucapannya sebagaimana termuat dalam Majalah ”Cahaya Nabawiy” Edisi 33 Th. III Sya’ban 1426 H (September 2005 M) hal. 15-17 tanpa saya kurangi atau tambahi (adapun penulisan cetak tebal dalam beberapa kata atau kalimat adalah dari admin blog). Ucapan di atas mendorong penulis menanggapinya dalam tiga point pembahasan:

I. Pertama: Dakwah Muhammad bin Abdul Wahhab Adalah Fitnah Nejed?([2])

Sebenarnya apa yang dilontarkan oleh saudara Masun Said Alwy di atas bukanlah hal baru melainkan hanyalah daur ulang dari para pendahulunya yang mempromosikan kebohongan ini, semisal al-Haddad dalam Mishbahul Anam hal. 5-7, al-A’jili dalam Kasyful Irtiyab hal. 120, Ahmad Zaini Dahlan dalam Durarus Saniyyah fir Raddi ‘alal Wahhabiyyah hal. 54([3]), Muhammad Hasan al-Musawi dalam al-Barahin al-Jaliyyah hal. 71, an-Nabhani dalam ar-Raiyah ash-Sughra hal. 27, dan lain-lain dari orang-orang yang hatinya disesatkan Alloh. Semuanya berkoar bahwa maksud ”Nejed” dalam hadits-hadits di atas adalah Hijaz (Saudi Arabia sekarang) dan maksud fitnah yang terjadi adalah dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab!

Kebohongan ini sangat jelas bagi orang yang dikaruniai hidayah ilmu dan diselamatkan dari hawa nafsu, ditinjau dari beberapa segi:

A. Hadits itu saling menafsirkan

Bagi orang yang mau meneliti jalur-jalur hadits ini dan membandingkan lafazh-lafazhnya, niscaya tidak samar lagi baginya penafsiran makna Nejed yang benar dalam hadits ini. Dalam lafazh yang dikeluarkan Imam Thabrani dalam Mu’jam al-Kabir 12/384 no.13422 dari jalur Ismail bin Mas’ud: Menceritakan kami Ubaidullah bin Abdullah bin Aun dari ayahnya dari Nafi’ dari Ibnu Umar – dengan lafazh:

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ شَامِنَا, اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ يَمَنِنَا. فَقَالَهَا مِرَارًا, فَلَمَّا كَانَ فِيْ الثَّالِثَةِ أَوْ الرَّابِعَةِ, قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ! وَفِيْ عِرَاقِنَا؟ قَالَ: إِنَّ بِهَا الزَّلاَزِلَ وَالْفِتَنَ وَبِهَا يَطْلَعُ قَرْنُ الشَّيْطَانِ

Wahai Alloh berkahilah kami dalam Syam kami, wahai Alloh berkahi kami dalam Yaman kami. Beliau mengulanginya beberapa kali, pada ketiga atau keempat kalinya, para sahabat berkata, ”Wahai Rasulullah! Dalam Iraq kami?” Beliau menjawab, ”Sesungguhnya di sana terdapat kegoncangan dan fitnah dan di sana pula muncul tanduk setan.”

  • Sanad hadits ini bagus. Ubaidullah seorang yang dikenal haditsnya, sebagaimana kata Imam Bukhari dalam Tarikh al-Kabir 5/388/1247. Ibnu Abi Hatim berkata dalam al-Jarh wat Ta’dil 5/322 dari ayahnya, ”Shalih (bagus) haditsnya.”
  • Dan dikuatkan dalam riwayat Ya’qub al-Fasawi dalam al-Ma’rifah 2/746-748, al-Mukhallish dalam al-Fawa’id al-Muntaqah 7/2-3, al-Jurjani dalam al-Fawa’id 2/164, Abu Nu’aim dalam al-Hilyah 6/133, dan Ibnu Asakir dalam Tarikh Dimsyaq 1/120 dari jalur Taubah al-‘Anbari dari Salim bin Abdullah bin Umar dari ayahnya dengan lafazh:

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ مَكَّتِنَا, اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ مَدِيْنَتِنَا, اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ شَامِنَا, اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ صَاعِنَا وَبَارِكْ لَنَا فِيْ مُدِّنَا. فَقَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُوْلَ اللهِ! وَفِيْ عِرَاقِنَا, فَأَعْرَضَ عَنْهُ, فَرَدَّدَهَا ثَلاَثًا, كُلُّ ذَلِكَ يَقُوْلُ الرَّجُلُ: وَفِيْ عِرَاقِنَا, فَيُعْرِضُ عَنْهُ, فَقَالَ: بِهَا الزَّلاَزِلُ وَالْفِتَنُ وَبِهَا يَطْلُعُ قَرْنُ الشَّيْطَانِ

Wahai Alloh berkahilah kami dalam Makkah kami, wahai Alloh berkahilah kami dalam Madinah kami, wahai Alloh berkahilah kami dalam Syam kami. Wahai Alloh, berkahilah kami dalam sha’ kami dan berkahilah kami dalam mudd kami. Seorang bertanya, ”Wahai Rasulullah! Dalam Iraq kami.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpaling darinya dan mengulangi tiga kali. Namun tetap saja orang tersebut mengatakan, ”Dalam Iraq kami.” Nabi pun berpaling darinya seraya bersabda, ”Di sanalah kegoncangan dan fitnah dan di sana pula muncul tanduk setan.” (Sanad hadits ini shahih, sesuai syarat Bukhari-Muslim)

  • Imam Muslim dalam Shahihnya 2905 meriwayatkan dari Ibnu Fudhail dari ayahnya, dia berkata, ”Saya mendengar ayahku Salim bin Abdullah bin Umar berkata:

يَا أَهْلَ الْعِرَاقِ! مَا أَسْأَلَكُمْ عَنِ الصَّغِيْرَةِ وَأَرْكَبَكُمْ عَنِ الْكَبِيْرَةِ, سَمِعْتُ أَبِيْ عَبْدَ اللهِ بْنَ عُمَرَ يَقُوْلُ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ n يَقُوْلُ : إِنَّ الْفِتْنَةَ تَجِيْئُ مِنْ هَا هُنَا وَأَوْمَأَ بِيَدِهِ نَحْوَ الْمَشْرِقِ, مِنْ حَيْثُ يَطْلُعُ قَرْنُ الشَّيْطَانِ

Wahai penduduk Iraq! Alangkah seringnya kalian bertanya tentang masalah-masalah sepele dan alangkah beraninya kalian menerjang dosa besar! Saya mendengar ayahku Abdullah bin Umar mengatakan, ”Saya mendengar Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda, ’Sesungguhnya fitnah datangnya dari arah sini –beliau sambil mengarahkan tangannya ke arah timur–, dari situlah muncul tanduk setan….’”

Riwayat ini sangat jelas menunjukkan bahwa maksud ”arah timur” adalah Iraq sebagaimana dipahami oleh Salim bin Abdullah bin Umar.

  • Al-Khaththabi berkata dalam I’lam Sunan 2/1274, ”Nejed: arah timur. Bagi penduduk kota Madinah, nejednya adalah Iraq dan sekitarnya. Asli makna ’Nejed’ adalah setiap tanah yang tinggi, lawan kata dari ’Ghaur’ yaitu setiap tanah yang rendah seperti Tihamah (sebuah kota di Makkah–pen) dan Makkah. Fitnah itu muncul dari arah timur dan dari arah itu pula keluar Ya’juj dan Ma’juj serta Dajjal sebagaimana diriwayatkan dalam banyak hadits.”
  • Demikian pula dijelaskan oleh para ulama lainnya seperti:
  1. al-‘Aini dalam Umdatul Qari 24/200,
  2. al-Kirmani dalam Syarh Shahih Bukhari 24/168,
  3. al-Qashthalani dalam Irsyad Sari 10/181,
  4. Ibnu Hajar dalam Fathul Bari 13/47,
  5. dan sebagainya.

Hal ini dapat kita temukan juga dalam kitab-kitab kamus bahasa Arab seperti al-Qamus al-Muhith oleh ar-Razi dan Lisanul Arab oleh Ibnu Manzhur, dan dalam kitab-kitab gharib hadits seperti an-Nihayah fi Gharib Hadits oleh Ibnu Atsir.

Dengan sedikit keterangan di atas, jelaslah bagi orang yang memiliki pandangan, bahwa maksud ”Nejed” dalam riwayat hadits di atas bukanlah nama negeri tertentu, tetapi untuk setiap tanah yang lebih tinggi dari sekitarnya. Dengan demikian maka Nejed yang dikenal oleh dunia Arab banyak sekali jumlahnya. (lihat Mu’jam al-Buldan 5/265, Taj al-Arus 2/509, Mu’jam al-Mufahras li Alfazh Hadits 8/339)

  • Jadi, Nejed yang merupakan tempat munculnya tanduk setan dan sumber kerusakan (fitnah) adalah arah Iraq. Karena itulah timur kota Madinah Nabawiyah. Maka seluruh riwayat dan lafazh hadits ini kalau digabungkan, ternyata saling menafsirkan antara satu dengan lainnya, sebagaimana hal ini juga dikuatkan oleh penafsiran para ulama –yang terdepan adalah Salim, anak Ibnu Umar-radhiyallahu a’nhu- dan para pakar ahli bahasa.

.

(2) Sejarah dan fakta lapangan membuktikan kebenaran hadits Nabi n/ di atas. Benarlah, Iraq adalah sumber fitnah([4]), baik yang telah terjadi maupun yang belum terjadi. Seperti:

  1. Keluarnya Ya’juj dan Ma’juj,
  2. Perang Jamal,
  3. Perang Shifin,
  4. Fitnah Karbala’,
  5. Tragedi Tatar.
  6. Demikian pula munculnya kelompok-kelompok sesat seperti
  • Khawarij yang muncul di kota Harura’ –kota dekat Kufah–,
  • Rafidhah (Syi’ah) –hingga kini masih kuat–,
  • Mu’tazilah,
  • Jahmiyah, dan
  • Qadariyah.

Awal kemunculan mereka di Iraq, sebagaimana dalam hadits pertama Shahih Muslim.


Dan kenyataan yang kita saksikan dengan mata kepala pada saat ini, keamanan di Iraq terasa begitu mahal. Banyak peperangan dan pertumpahan darah, serta andil (campur tangan) orang-orang kafir dalam menguasai Iraq. Kita berdo’a kepada Alloh agar memperbaiki keadaan di Iraq, menetapkan langkah para mujahidin di Iraq dan menyatukan barisan mereka. Amiin.

  • Ibnu Abdil Barr berkata dalam al-Istidzkar (27/248), ”Rasulullah mengkhabarkan datangnya fitnah dari arah timur, dan memang benar secara nyata bahwa kebanyakan fitnah muncul dari timur dan terjadi di sana. Seperti perang Jamal, perang Shifin, terbunuhnya al-Husain, dan lain sebagainya dari fitnah yang terjadi di Iraq dan Khurasan semenjak dahulu hingga sekarang. Akan sangat panjang kalau mau diuraikan. Memang, fitnah terjadi di setiap penjuru kota Islam, namun terjadinya dari arah timur jauh lebih banyak.”
  • Syaikh Abdur Rahman bin Hasan berkata dalam Majmu’atur Rasa’il wal Masa’il (4/264-265), ”Telah terjadi di Iraq beberapa fitnah dan tragedi mengerikan yang tidak pernah terjadi di Nejed Hijaz. Hal itu diketahui oleh seorang yang menelaah sejarah, seperti keluarnya Khawarij, pembunuhan al-Husain, fitnah Ibnu Asy’ats, fitnah Mukhtar yang mengaku sebagi nabi … dan apa yang terjadi pada masa pemerintahan Hajjaj berupa pertumpahan darah, sangat panjang kalau mau diuaraikan.”
  • Syaikh Mahmud Syukri al-Alusi al-Iraqi berkata dalam Ghayatul Amani (2/180), ”Tidak aneh, Iraq memang pusat fitnah dan musibah. Penduduk Islam di sana selalu dihantam fitnah satu demi satu. Tidak samar lagi bagi kita, fitnah ahli Harura’ (kelompok Khawarij–pen) yang mencemarkan Islam. Fitnah Jahmiyah yang banyak dikafirkan oleh mayoritas ulama salaf juga muncul dan berkembang di Iraq. Fitnah Mu’tazilah dan ucapan mereka terhadap Hasan al-Bashri serta lima pokok ajaran mereka yang berseberangan dengan paham Ahli Sunnah begitu masyhur. Fitnah ahli bid’ah kaum sufi yang menggugurkan beban perintah dan larangan yang berkembang di Bashrah. Dan fitnah kaum Rafidhah dan Syi’ah serta perbuatan ghuluw (berlebihan) mereka terhadap ahli bait, ucapan kotor terhadap Ali bin Abu Thalib-radhiyallahu a’nhu- serta celaan terhadap pembesar para sahabat, merupakan hal yang sangat masyhur juga.”

.

(3) Anggaplah bahwa ”Nejed” yang dimaksud hadits di atas adalah Nejed Hijaz, tetap saja tidak mendukung keinginan mereka, sebab hadits tersebut hanya mengkhabarkan terjadinya fitnah di suatu tempat, tidak menvonis perorangan seperti Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab. Terjadinya suatu fitnah di suatu tempat, tidaklah mengharuskan tercelanya setiap orang yang bertempat tinggal di tempat tersebut.

  • Bukankah Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- juga mengkhabarkan akan terjadi fitnah di kota Madinah Nabawiyah?! Seandainya terjadinya fitnah di suatu tempat pasti mengakibatkan setiap penduduknya tercela, maka itu artinya seluruh penduduk Madinah tercela, padahal tak seorangpun mengatakan hal ini. Bahkan tidak ada suatu tempat pun di dunia ini –baik telah terjadi maupun belum– kecuali akan terjadi fitnah di dalamnya. Lantas akankah seseorang berani mencela seluruh kaum muslimin seantero dunia?! Jadi, timbangan celaan seorang bukanlah karena dia lahir di tempat ini atau itu. Tetapi timbangannya adalah kalau dia sebagai pencetus fitnah berupa kekufuran, kesyirikan, dan kebid’ahan. (Shiyanatul Insan ‘an Waswasah Syaikh Dahlan hal. 498-500 oleh Syaikh Muhammad Basyir al-Hindi)
  • Syaikh Abdur Rahman bin Hasan mengatakan, ”Bagaimanapun juga, celaan itu silih berganti waktu tergantung kepada penduduknya, sekalipun memang tempat itu bertingkat-tingkat keutamaannya. Tempat maksiat pada suatu waktu bisa saja akan menjadi tempat ketaatan di waktu lain, demikian pula sebaliknya.
  • Seandainya Nejed tercela karena Musailamah (al-Kadzdzab) setelah kemusnahannya bersama para pengikutnya, niscaya Yaman juga tercela karena Aswad al-Ansiy yang mengaku nabi….
  • Kota Madinah tidaklah tercela karena kaum Yahudi tinggal di sana dan kota Makkah tidaklah tercela disebabkan penduduknya dahulu mendustakan Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- dan memusuhi dakwahnya.” (Majmu’atur Rasa’il wal Masa’il 4/265).

Syaikh Abdul Lathif bin Abdur Rahman bin Hasan berkata dalam Minhaj Ta’sis wa Taqdis hal. 92,

”Timbangan keutamaan itu tergantung pada penduduknya, berbeda dan berpindah bersama ilmu dan agama. Kota dan desa yang paling utama di setiap waktu adalah yang paling banyak ilmu dan sunnahnya, dan sejelek-jelek kota adalah yang paling sedikit ilmu, paling banyak kejahilan, kebid’ahan, dan kesyirikan, paling lemah dalam menjalankan sunnah dan jejak salafush shalih. Jadi, keutamaan kota itu tergantung kepada penduduk dan orangnya.”

Sebagai kesimpulan, penulis ingin menurunkan ucapan berharga dari penjelasan ahli hadits abad ini, Muhammad Nashiruddin al-Albani yang telah menepis salah paham hadits ini dalam berbagai kesempatan. Beliau berkata setelah takhrij hadits yang panjang,

”Sengaja saya memperluas keterangan takhrij hadits shahih ini serta menyebutkan jalur dan lafazh-lafazhnya, karena sebagian ahli bid’ah yang memerangi sunnah dan menyimpang dari tauhid telah mencela Imam Muhammad bin Abdul Wahhab, pembaharu dakwah tauhid di jazirah Arab, dan mereka mengarahkan hadits ini pada beliau, dengan alasan karena beliau berasal dari Nejed yang populer saat ini.

Mereka tidak tahu atau memang pura-pura tidak tahu bahwa hal itu bukanlah yang dimaksud oleh hadits ini, namun yang dimaksud adalah Iraq sebagaimana dijelaskan oleh kebanyakan jalur hadits ini. Demikianlah yang ditegaskan oleh para ulama semenjak dahulu seperti Imam Khaththabi, Ibnu Hajar al-Asqalani, dan sebagainya.

Mereka tidak tahu juga bahwa orang yang berasal dari negeri tercela tidaklah otomatis dia tercela kalau memang dia orang yang shalih. Demikian pula sebaliknya, betapa banyak orang fajir dan fasik di Makkah, Madinah, dan Syam. Dan betapa banyak orang alim dan shalih di Iraq([5])? Alangkah bagusnya ucapan Salman al-Farisi kepada Abu Darda’ tatkala mengajak dirinya hijrah dari Iraq ke Syam, ”Amma ba’du, sesungguhnya negeri yang mulia tidaklah membuat seorang pun menjadi mulia, namun yang membuat mulia ialah amal perbuatannya.”

(Silsilah Ahadits Shahihah 5/305)

Beliau juga berkata,

”Jalur-jalur hadits ini menguatkan bahwa arah yang diisyaratkan oleh Nabi adalah arah timur, yang tepatnya adalah Iraq, sebagaimana anda lihat secara jelas dalam sebagian riwayat. Hadits ini merupakan tanda diantara tanda-tanda kenabian, sebab awal fitnah adalah dari arah timur, yang merupakan penyebab perpecahan di tengah kaum muslimin, demikian pula bid’ah-bid’ah muncul dari arah yang sama, seperti bid’ah Syi’ah, Khawarij, dan sebagainya. Imam Bukhari 7/77 dan Ahmad 2/85, 153 meriwayatkan dari Ibnu Abi Nu’min, bahwasanya dia menyaksikan Ibnu Umar -radhiyallahu a’nhu- ketika ditanya oleh seorang dari Iraq tentang hukum membunuh lalat bagi muhrim (orang yang sedang ihram). Maka berkata Ibnu Umar,

Wahai penduduk Iraq! Kalian bertanya kepadaku tentang orang muhrim membunuh lalat, padahal kalian telah membunuh anak putri-Rasulullah, sedangkan beliau (Nabi) sendiri bersabda: Keduanya (al-Hasan dan al-Husain) adalah kesayanganku di dunia.’”

(Silsilah Ahadits Shahihah 5/655-656)

Beliau juga berkata,

”Apa yang dikhabarkan oleh Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- telah terbukti. Sebab kebanyakan fitnah besar munculnya dari Iraq, seperti peperangan antara Ali dan Mu’awiyah, antara Ali dan Khawarij, antara Ali dan Aisyah, dan sebagainya yang disebutkan dalam kitab-kitab sejarah. Dengan demikian, hadits ini merupakan salah satu mu’jizat dan tanda-tanda kenabiannya.”

(Takhrij Ahadits Fadha’il Syam wa Dimsyaq, hal. 26-27)

.

II. Kedua: Muhammad bin Abdul Wahhab dan cukur rambut([6])

Adapun tudingan saudara Masun Said Alwy bahwa Muhammad bin Abdul Wahhab memerintahkan setiap pengikutnya mencukur rambut kepalanya dan ini termasuk dalam hadits Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- tentang Khawarij, ”Tanda mereka adalah cukur rambut.”

  • Kebohongan ini pun bukanlah hal yang baru. Ini hanya daur ulang dari para pembohong sebelumnya seperti:
  1. Jamil az-Zuhawi al-Iraqi dalam al-Fajr ash-Shadiq dan
  2. Ahmad Zaini Dahlan dalam Durarus Saniyyah,
  3. dan lain-lain.

Tuduhan ini sangat mentah. Tujuan di balik itu sangat jelas, yaitu melarikan manusia dari dakwah yang disebarkan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab. Ada beberapa point untuk mendustakan tuduhan ini:

(1) Mereka mendustakan tuduhan bohong ini

  • Syaikh Abdullah bin Muhammad bin Abdul Wahhab berkata tatkala membantah tuduhan bahwa ulama dakwah mengkafirkan orang yang tidak mencukur rambut kepalanya, ”Sesungguhnya ini adalah kedustaan dan kebohongan kepada kami. Seorang yang beriman kepada Alloh dan hari akhir tidak mungkin melakukan hal ini. Karena kekufuran dan kemurtadan tidaklah terealisasikan kecuali dengan mengingkari perkara-perkara agama yang maklum bi dharurah (diketahui oleh semua). Macam-macam kekufuran, baik yang berupa ucapan maupun perbuatan adalah perkara yang maklum bagi para ahli ilmu. Tidak mencukur rambut kepala bukanlah termasuk di antaranya (kekufuran atau kemurtadan), bahkan kamipun tidak berpendapat bahwa mencukur rambut adalah sunnah, apalagi wajib, apalagi kufur keluar dari Islam bila ditinggalkan.” (Durarus Saniyyah 10/275-276, cet. kelima)
  • Syaikh Sulaiman bin Sahman berkata, ”Ini termasuk kebohongan, kedustaan, kezhaliman, dan penganiayaan.” (adh-Dhiya’ asy-Syariq hal. 119)
  • Syaikh Muhammad Basyir al-Hindi berkata juga, ”Ini adalah kedustaan yang sangat jelas dan kebohongan yang sangat keji.” (Shiyanatul Insan ‘an Waswasah Syaikh Dahlan hal. 560)

(2) Pendapat Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab tentang mencukur rambut

  • Merupakan bukti yang menguatkan kebohongan tuduhan ini, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab telah menjelaskan pendapatnya dalam masalah mencukur rambut atau memeliharanya, yang menyelisihi tuduhan musuh-musuhnya. Beliau berkata, ”Imam Ahmad pernah ditanya tentang seorang yang memelihara rambutnya? Dia menjawab, ’Sunnah yang bagus, seandainya kami mampu maka kami akan melakukannya. Rambut Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- sampai ke bahunya.’ Dan disunnahkan sifat rambut seorang seperti sifat rambut Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam-. Kalau panjang maka sampai ke bahu, kalau pendek maka sampai ke daun telinga.”
  • Beliau juga berkata, ”Dibencikah mencukur rambut kepala pada selain haji dan umrah? Ada dua riwayat; Pertama: Dibenci, berdasarkan sabda Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- tentang Khawarij, ’Tanda mereka adalah bercukur.’ Kedua: Tidak dibenci, berdasarkan larangannya tentang qaza’ (mencukur sebagian rambut dan membiarkan sebagian lainnya), ’Cukurlah semua atau biarkan semua.’ (HR. Abu Dawud). Ibnu Abdil Barr berkata, ’Para ulama di setiap tempat bersepakat bolehnya bercukur.’ Cukuplah ini sebagai hujjah.” (Mukhtashar al-Inshaf wa Syarh al-Kabir, kumpulan karya Syaikh Ibnu Abdil Wahhab 1/28, cet. Jami’ah Imam)

(3) Pendapat Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab tentang Khawarij

  • Bagaimana mungkin Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dikategorikan termasuk hadits yang disinyalir Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- tentang Khawarij, padahal beliau sendiri berlepas diri dari Khawarij. Perhatikan ucapannya, ”Telah mutawatir hadits-hadits dari Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- tentang ciri-ciri khawarij, kejelekan mereka serta anjuran memerangi mereka.” (Mukhtashar Sirah Rasul hal. 498)

(4) Ibadah dengan mencukur gundul merupakan syi’ar Khawarij

  • Adapun ucapan saudara ”Hal seperti ini tidak pernah terjadi pada aliran-aliran sesat lain sebelumnya”, ini merupakan kesalahan dan kejahilan. Sebab ibadah dengan cukur gundul ini adalah syi’ar aliran sesat Khawarij dan diikuti sebagian sufi.

Syaikh Muhammad Rasyid Ridha berkata dalam Fatawanya (hal. 347): ”Alasan para ulama membenci cukur rambut dan menganggapnya menyelisihi sunnah karena hal itu adalah syi’ar Khawarij dahulu.” (lihat pula Aridhatul Ahwadzi 7/256 oleh Ibnul Arabi dan Fathul Bari 13/669 oleh Ibnu Hajar)

  • Dan (syi’ar) ini juga diikuti oleh sebagian kelompok sufi, sebagaimana dijelaskan oleh:
  1. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam: al-Istiqamah 1/256
  2. dan muridnya, Ibnul Qayyim, dalam Ahkam Ahli Dzimmah2/749.

Maka ucapan “Hal ini tidak pernah terjadi pada aliran-aliran sesat lain sebelumnya” adalah kejahilan dan kesalahan.

.

III. Ketiga: Berdusta atas nama hadits([7])

Adapun hadits yang dinukil oleh saudara  Masun Said Alwy dari kitab “Jala’udz Dzolam fir Raddi ‘ala Najdi Al-Ladzi Adholla Awam” oleh Sayyid Alwy al-Haddad dari Abbas bin Abdul Muthallib, maka ini adalah kebodohan di atas kebodohan. Sebab hadits ini tidak ada asal usulnya sama sekali dalam kitab-kitab hadits, tetapi tetap dijadikan argumen untuk mendukung hawa nafsunya.

  • Anda jangan tertipu dengan ucapan di akhirnya: “Al-Hadits”!!

Seandainya itu diriwayatkan oleh ahli hadits, maka mengapa tidak dia sebutkan?! Apa beratnya? Lebih terkejut lagi, kalau anda tahu bahwa ucapan “Al-Hadits” ini sebenarnya bukan dari kitab aslinya, melainkan hanyalah ucapan Masun Said Alwy.

  • Seharusnya saudara Masun Said Alwy menukil takhrij lucu dari kitab aslinya. Si pengarang kitab tersebut mengatakan, ”Hadits ini memiliki syawahid (penguat-penguat) yang mendukung maknanya, sekalipun tidak diketahui siapa yang meriwayatkannya.” !!
  • Kalau memang tidak diketahui siapa yang meriwayatkannya, mengapa dia berdalil dengannya?! Jadi, hadits ini hanyalah buatan orang tersebut dan yang semodel dengannya. Dia berdusta atas nama Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- secara terang-terangan di depan makhluk. Aduhai, alangkah rusaknya hati yang berani berbuat demikian, dan alangkah buruknya hati yang mencintai orang-orang model mereka! Mereka berdusta atas nama Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- dan mengaku cinta Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam-. Mungkinkah dua hal ini dapat bersatu di hati seseorang?! Sekali-kali tidak, kecuali di hati seorang ahli bid’ah dan pendusta.
  • Sungguh lucu ucapannya “Tidak diketahui siapa yang meriwayatkannya”. Seandainya dia menyandarkannya kepada kitab yang tidak ada wujudnya, niscaya akan lebih laris kebohongannya di tengah-tengah orang-orang jahil, bukan bagi para ulama yang mengetahui cahaya ucapan Nabi.

Kami harap anda jangan heran, karena berdusta dan menyebarkan hadits-hadits dusta adalah kebiasaan setiap penggemar bid’ah.

.

PENUTUP & NASIHAT

Usai kita menanggapi tiga permasalahan di atas, penulis merasa perlu menyodorkan nasihat bagi kita semua dan secara khusus kepada saudara Masun Said Alwy, penulis artikel ”Membongkar Kedok Wahabi”:

(1) Hendaknya kita mempelajari makna hadits dengan bantuan kitab-kitab syarah (penjelasan) para ulama agar tidak ngawur menafsirkannya.

  • Alangkah indahnya ucapan Sufyan bin ‘Uyainah:

يَا أَصْحَابَ الْحَدِيْثِ تَعَلَّمُوْا مَعَانِيَ الْحَدِيْثِ فَإِنِّيْ تَعَلَّمْتُ مَعَانِيَ الْحَدِيْثِ ثَلاَثِيْنَ سَنَةً

Wahai penuntut ilmu hadits! Pelajarilah makna hadits, sesungguhnya saya mempelajari makna hadits selama tiga puluh tahun.

(2) Hendaknya kita lebih selektif dan kritis dalam menerima berita, sebagaimana yang diperintahkan Alloh dalam kitab-Nya (yang artinya):

Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti. (QS. al-Hujurat: 6)

  • Syaikh Muhammad Rasyid Ridha berkata, ”Sesungguhnya telah sampai kepada para ulama India dan Yaman berita-berita tentang Syaikh Ibnu Abdil Wahhab. Lalu mereka membahas, memeriksa, dan meneliti sebagaimana perintah Alloh, hingga jelaslah bagi mereka bahwa para pencelanya adalah pembohong yang tidak amanah.” (Muqaddimah Syiyanatul Insan hal. 29-30)
  • Maka kepada para pendengki dakwah ini, bersikap adillah kalian dan periksalah berita yang sampai kepada kalian, niscaya kalian akan segera sadar bahwa kalian dibutakan dengan kedustaan dan tuduhan!

(3) Seringkali kami menasehatkan kepada saudara-saudara kami agar waspada dalam menyampaikan hadits lemah dan palsu, apalagi dusta yang tidak ada asal usulnya. Ditambah lagi, apabila hal itu untuk mendukung selera hawa nafsu. Semua itu dosa yang sangat berbahaya, karena termasuk dusta atas nama Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam-.

  • Sebagaimana kami nasehatkan juga agar kita selektif dalam menyebutkan hadits, yaitu hendaknya disertai riwayatnya, jangan hanya sekedar menyebutkan “al-Hadits” begitu saja.

Akhirnya kita memohon kepada Alloh hidayah dan taufiq, sesungguhnya Dia Maha Pemurah.

.

artikel: https://abiubaidah.com


([1]) Seperti tuduhan kejinya bahwa Muhammad bin Abdul Wahhab adalah alat Inggris untuk menyebarkan ajaran barunya, mengkafirkan kaum muslimin, punya keinginan mengaku nabi, merendahkan Nabi n/ dan melecehkannya, menghancurkan makam-makam bersejarah dan tuduhan-tuduhan dusta lainnya. Penulis telah berniat membongkar kebohongan-kebohongan ini secara terperinci pada edisi ini tetapi keterbatasan halaman mengurungkan niatnya. Semoga pada edisi-edisi berikutnya, Alloh memudahkan terwujudnya niat baiknya. Amiin.

([2]) Disadur dari kitab al-Iraq fi Ahadits wa Atsar al-Fitan oleh Syaikh Abu Ubaidah Masyhur bin Hasan Alu Salman, cet. Maktabah al-Furqan.

([3]) Telah diulas bantahannya dalam majalah AL FURQON Edisi 3 Tahun V Rubrik ”Kutub”. Silakan baca kembali.

([4]) Oleh karenanya, para ulama menjadikan hadits ini sebagai salah satu tanda-tanda kenabian Nabi Muhammad n/. Lihat Umdatul Qari 24/200 oleh al-’Aini dan Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah 5/655, dan Takhrij Ahadits Fadhail Syam hal. 26-27 oleh al-Albani.

([5]) ”Tak seorang muslim pun mengatakan tercelanya para ulama Iraq. Bagaimana tidak, para pembesar ahli hadits, fiqh, dan jarh wa ta’dil, mayoritas mereka dari Iraq.” (Mishbah Zhalam hal. 336)

([6]) Disadur dari risalah Sya’rus ar-Ra’si oleh Sulaiman bin Shalih al-Khurasyi.

([7]) Lihat Muqaddimah Hadzihi Mafahimuna oleh Syaikh Shalih bin Abdul Aziz Alu Syaikh.

-shallallahu ‘alaihi wa sallam-

Baca Juga Artikel Terbaru

125 Thoughts to “Muhammad bin Abdul Wahhab: Fitnah Nejed?”

  1. teruntuk ust abu ubaidah serta ikhwah salafiyah lainnya,…

    semoga Allah subhanahu wata’ala senantiasa memberikan kesabaran dan kesyukuran serta meneguhkan kita di jalan dakwah salafiyah yang penuh barokah ini.

    Dari Kejawen, Shufiyin, Harokiyin, Hizbiyin ke Salafiyin

    Bismillah
    20 tahun bersama ” salafiyah ”
    5-7 tahun bersama shufiyah, harakiyah dan hizbiyyah
    adakah kepuasan akal yang diraih
    adakah ketenangan hati yang diraih
    adakah kelapangan jiwa yang diraih
    adakah kegemilangan diri yang diraih
    adakah kebahagiaan atau kesuksesan hidup yang diraih
    tidak ayyuhal ikhwah tidak ada yang diraih
    kalaupun ada semua itu adalah fatamorgana
    namun 2-3 tahun bersama salafiyah
    semuanya dapat ana raih insya Allah
    Walhamdulillah

  2. Allah berfirman kepada Nabinya tatkala bersemangat untuk mengislmkan paman kesayangannya, Abu Thalib:

    إِنَّكَ لاَتَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللهَ يَهْدِي مَن يَشَآءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

    Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. (QS. Al-Qoshos: 56)

  3. AM

    Itulah bedanya paham wahabi dan ahlusunnah wal jamaah,
    karena kedangkalan pemahaman hadist kaum wahabi, sudah membid’ah dan mensyirikan amalan2 kaum muslimin yang sudah diamalkan sejak ratusan tahun sebelum ajaran sempalan ini datang.
    Beramal kalian dengan amalan kalian, Kami beramal dengan amalan kami.

  4. dedi

    Dan juga kita jangan disibukana dengan mereka. Mereka bukan berniat untuk mencari kebenaran. Namun hanya merengek rengek supaya diakui sebagai ahlus sunnah. Tapi susah ya, ibadah bid’ah kalau mau disebut sunnah. Jadi tidak akan selesai untuk menanggapi mereka. Mereka akan melempar fitnah/ subhat lain tanpa mengubris kebenaran yang kalian katakan.

    Wahai saudaraku yang bermajlis di majlis yang walaupun dinamakan nama Rasulullah. KENALILAH AQIDAH MU setelah sekian lama duduk dengan mereka disana. Sejak 14 abad yang lalu Rasulullah Salallahu’alaihiwassalam dan ulama-ulama telah memperingatkan jangan bermajlis dengan ahlul bid’ah. Kenalilah hati kalian, apakah tambah cinta pada sesama muslim, atau tambah banyak kebencian, caci maki kalian pada saudara kalian apa lagi pada ulama yang menyeru agar kalian selalu mentauhidkan Allah?

  5. Abu Sa'id

    Semoga Alloh Subhanahu Wata’ala senantiasa memberikan kekuatan dan kesabaran kepada para ulama, para ustadz untuk terus berjuang menegakkan dan mendakwahkan tauhid di muka bumi ini. Amin..Baarokallohufiikum Ustadz

    Abu Sa’id
    http://www.moslemsaid.com
    Partner Menuju Kebahagiaan Insan

  6. sirry

    said
    on June 10, 2010

    Semoga Alloh Subhanahu Wata’ala senantiasa memberikan kekuatan dan kesabaran kepada para ulama, para ustadz untuk terus berjuang menegakkan dan mendakwahkan tauhid di muka bumi ini. Amin..Baarokallohufiikum Ustadz”

    Biasa ciri khas wahaby,beraninya dikandang sendiri dan ngeroyok

  7. saya pun dulu sangat emosi pertamakali mendengar dakwah orang2 yg di juluki ” Wahhabi”
    -ziarah gak boleh
    -baca Yasin gak boleh
    -Shalawat kpd Nabi gak boleh
    -dan lain-lain
    Alhamdulillah, dengan memohon do’a dan Petunjuk dari Allah, insyaAllah saya sekarang mulai mengerti bagaimana ibadah yg sesuai Sunnah Nabi setelah sekian lama saya beribadah hanya dengan tuntunan dari orangtua dan ilmu yg saya dapat dari berbagai pengajian2 didaerah tempat tinggal saya. dan kenyataannya, Dakwah orang2 yg dijuluki wahhabi yg pernah saya benci krn kebodohan saya, lebih memudahkan saya utk memahami dan menjalankan ibadah agama Islam yg sanat Mulia ini. krn memang Islam ini sebenarnya ringan dan mudah dalam ibadahnya kpd Allah, namun kadang manusia sendiri yg membuatnya sulit.
    menurut saya yg awam, walaupun amalan yg sudah dilakukan ratusan tahun, kalau menyelisihi Sunnah ya wajib kita tinggalkan. maaf, kalau kata2 saya ada yg kurang berkenan.

  8. Alhamdulillah Aku melihat mahaj salaf ini lurus… dan terang benderang…
    Dan sungguh syubhat dan syahwat itu kencang menerpa..
    Barakallohu fik ya Ustadz

  9. HANA

    awaludin marifatulloh

  10. Abu Hudzaifah Abdullah bin Muhammad Al Atsary

    Assalamualaikum,
    Barokallahufik stadz, tetaplah semangat dalam berdakwah kepada sunnah stadz, jangan pedulikan hinaan dan cacian orang2 yang bodoh dan para muqollid. Allah bersama orang2 yang menolong agamaNya

  11. Abu Hanin

    Kepada semua saudaraku yang termakan fitnah (Semoga ALLAH merahmati kalian)..

    Kalaulah emang benar itu fitnah itu Muhammad Bin Abdul Wahab, ana hanya punya pertanyaanan pada kalian…
    Siapakah yang di maksud Rasulullah sebagai tanduk setan..?
    Apakah ada dalil yang menunjukkan nama Muhammad Bin Abdul Wahab atau Musailamah Al Kazhab, sebagai tanduk setan..?
    Apakah dunia ini sudah mau kiamat, sehingga tak ada lagi manusia yang lahir yang mungkin bisa menimbulkan fitnah, seperti fitnah yang kalian tuduhkan kepada Syaikh yang mulia,,,?

    Bukalah hati dan fikiran kalian, Insya ALLAH kalian mendapat petunjuk…

  12. Bismillah…izin copy, ustadz?

  13. BARAKALLOHU FIKUM,,,LANJUTKAN BERDAKWAH MENUJU KEMURNIAN TAUHID,ALQUR’AN ASSUNNAH…

    BUAT YG ANTI WAHABI BERHAJINYA KE MAKAM WALISONGO AJA,GAK USAH KE ARAB,KARENA SELURUH ULAMA MEKKAH DAN MADINAH APALAGI IMAM MESJIDNYA SEMUA WAHABI,HE HE HE
    MAKANYA KALO GAK TAU TENTANG WAHABI JGN ASAL VONIS AJA,ALLAH MAHA MENJAGA AGAMA ISLAM DGN MUNCULNYA GERAKAN WAHABI YG DATANG MEMURNIKAN AKIDAH UMMAT DARI SIRIK,BID’AH,KHURAFAT,TAHYUL,MENYEMBAH WALI,KUBURAN,SEHINGGA ALHAMDULILLAH MEKKAH MEDINAH BERSIH DAN TERJAGA DARI SEMUA BID’AH YANG DHOLALAH ,,,SESAT MENYESATKAN…PAKE AKAL DOOOONK…

  14. Beng

    فعليكم بالسواد الاعظم))، وروى الترمذى وابونعيم والحاكم من حديث ابن عمر عن النبى صلى الله عليه وسلم قال: ((ان الله لا يجمع امتي على ضلالة أبدا، ويد الله مع الجماعة فاتبعوا السواد الاعظم، ومن شذ شذ فى النار))، وروى الامام أحمد وغيره موفوعا: ((سألت ربى ان لا يجمع أمتى على ضلالة فأعطانيها)).

    Ketahuilah, bahwa Rasulullah Saw sungguh telah memerintahkan kepada umat agar berpegang teguh kepada kelompok terbanyak diantara kaum muslimin ketika terjadi perselisihan, dan Rasululllah memberitahukan bahwasanya kelompok yang terbanyak diantara umatnya dijamin tidak akan terjerumus dalam kesesatan dan kesalahan tentang masalah agama. Ibnu Majah meriwayatkan: “Sesungguhnya umatku (ulama’) tidak akan terjerumus dalam kesesatan. Apabila diantara kalian terjadi perselisihan pendapat, maka ikutilah kelompok yang terbanyak”. Diriwayatkan dari Imam Turmudzi, Abu Nu’aim, dan Hakim dari Hadits Ibnu Umar Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak akan menjerumuskan umatku dalam kesesatan selamanya, dan kekuasaan-Nya bersama jama’ah (kelompok). Maka ikutilah kelompok yang terbanyak. Barang siapa yang menyalahi kelompok tersebut maka nerakalah tempat nya”. Imam Ahmad dan lainnya meriwayatkan: “Aku memohon pada tuhanku agar tidak menjerumuskan umatku pada kesesatan maka ia mengabulkan Do’aku”

    Sebagaimana diketahui bahwa madzhab Ahlus Sunah sampai hari ini adalah kelompok terbesar. Allah berfirman : “Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu (Allah biarkan mereka bergelimang dalam kesesatan) dan kami masukkan ia ke dalam jahannam, dan jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali (QS: An-Nisa 115)

  15. Tauhid sunnah

    Assalamu’alaikum. beginilah dakwah tauhid, selalu ada penentangnya hingga akhir zaman. Semoga Allah mengampuni dan melindungi dari adzab yg pedih kepada penyeru tauhid. Allahumma amiin…

    “Hai kaum kami, terimalah (seruan) orang yang menyeru kepada Allah dan berimanlah kepada-Nya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kamu dan melepaskan kamu dari azab yang pedih” (QS.Al-Ahqaf: 31)

  16. Manhaj Shahabat

    Assalamu’alaykum. izin kopi ustadz, sangat bermanfaat ^_^, Barakallahhu fikum

  17. As-Salafush Shalih

    Bismillah…

    Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Rahimahullah adalah Ulama’ yg memberantas kesyirikan. Di zaman Rasulullah, pembenci dakwah tauhid hanyalah orang-orang kafir dan munafiq. namun sekarang, sebagian kaum muslimin ikut-ikutan membenci dakwah Syaikh yang mulia. Begitulah kehidupan, semakin lama ilmu semakin terangkat hingga menyisakan orang-orang yang jahil akan agamanya.

    Barakallah ya ustadz, amat bermanfaat…

  18. Rony Hn

    Assalamualaikum. izin share, ustadz. jazakumullah khairol jaza’.

  19. dedi kedot rinaldi

    Perlu lebih dr satu jam ane baca artikel ini + dialog di comment lengkap.

    Subhanallah. Sangat bermanfaat ustadz.
    Teruskan perjuanganmu ustad. Kami, umat, sangat membutuhkan saudara2 yg ‘alim, media dakwah dan semua pihak yg concern thd tegaknya sunnah di diri, keluarga, lingkungan dan negeri ini.

    Ane dgn keterbatasan ilmu, hanya bisa membantu dgn doa semoga semua yg terlibat dlm dakwah ini diberi kemudahan dan istiqomah.
    Beberapa catatan atas artikel dan dialognya:
    1. Rasanya, jurus menyerang yg dipake pendengki Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab itu itu melulu. Diulang lagi diulang lagi dgn narasumber dia lagi dia lagi. Yg sering dikutip itu Ahmad Zaini Dahlan dan abangnya Syaikh Ibnu Wahhab (Sulaiman).
    2. Penghujat dakwah syaikh Ibnu Wahhab sering pakai jurus ngibul dan penyesatan. Bahkan dilakukan oleh yg ‘berilmu’ dari kalangan mereka.
    Misal ucapan “Wahabi melarang/membid’ahkan. . . . . . . . .”
    1. ziarah kubur
    2. tawassul
    3. Sholawat
    4. Dzikiran dll.
    padahal dia sendiri tahu yg dimaksud yg dilarang itu ziarah/tawasul/sholawat/dzikiran yg pegimane dulu. Tapi, supaya berhasil menyesatkan orang awam, rincinya disembunyikan. Bokis kan?

    Bandingkan deh: sekedar analogi ringan:
    1. Si fulan melarang makan!
    2. Si fulan melarang minum!
    3. Si fulan melarang nikah!
    Padahal ada penjelasannya, demikian:
    1. Memakan makanan orang jelas ga boleh dong. Makan yg najis, jorok dan kotor yah jangan dong.
    2. Minum air yg sdh tercemar yah jangan dong.
    3. Yoo masa mahrom mo dinikahi.

  20. Yokuza AFFI

    Salam A’likum warrahmatullahi wabarokahtu…

    Ana seorang Muallaf dari Medan dan selama ini berusaha mencari manhaj yang lurus yang sesuai dengan AlQuran dan As-Sunnah.Ana dahulu mengucapkan kalimat 2 syahadat di sebuah Masjid Muhammadiyah di jln.Gaperta Ujung Medan pada tahun 1999 dan menjalani khitan seminggu sesudahnya. Kemudian ana mendapatkan seorang guru agama dari golongan Muhammadiyah juga yang mengajarkan bagaimana cara berwudhu’,membaca AlQuran,Shalat dsb selama kurang lebih setahun.Dan selanjutnya ana belajar secara otodidak.

    Dalam pengajaran beliau,ana diberitahu dan diwanti-wanti bahwa Islam itu sebenarnya terdiri dari banyak golongan ( hal ini sangat membingungkan ana,karena ana masuk Islam sepenuhnya karena hanya membaca AlQuran saja ).Ana kemudian disodori buku-buku karangan golongan Muhammadiyah yang menjelaskan bagaimana Islam itu sudah dipenuhi oleh berbagai kesyirikan dan kemusyrikan yang dilakukan oleh golongan-golongan lainnya.

    Setelah selesai mempelajari,ana pun kemudian berkeliling ke semua Masjid di kota Medan,dan alangkah kagetnya melihat betapa berbedanya shalat dan dzikirnya antara Muhammadiyah dengan golongan lainnya walaupun atas satu nama agama.Ana berfikir,”ini tidak jauh berbeda dengan agama ana sebelumnya yakni Nasrani.” Tapi ana tidak mau su’udzhon terlebih dahulu tanpa ada ilmu. Ana kemudian rajin membeli buku-buku agama baik itu karangan NU,Muhammadiyah,dan golongan lainnya yang terlalu panjang disebutkan disini. Semua berhujjah dengan dalil dan saling menyalahkan satu dengan lainnya dan terkadang banyak pula yang dibumbui kata “Sudah Kafir” atau “Laknatullah”. Terus terang,hati ana gundah gulana melihat pertikaian di tubuh muslimin. Ana berfikir,”ini mah sama saja kayak dulu lagi melihat pertikaian antara Katolik dan Protestan.Ah,keluar dari lubang buaya malah masuk ke mulut harimau” karena sangkin kecewanya.

    Pencarian ana terus berlanjut,dan masuk ke berbagai perkumpulan baik itu sufi,tariqat,jemaah tabligh dan bahkan syiah ( Ahmadiyah ana terang2an menolak memasukinya) walaupun hanya sebentar dan melihat-lihat saja.Tetapi ana tetap tidak puas dan melanjutkan pencarian,sehingga pada tahun 2005-2006 ana terjun ke dalam dunia maya dan mencari lebih lanjut tulisan-tulisan Syaikh-Syaikh dan Ulama dari Arab lainnya yang belum sempat ana baca atau tidak mampu ana beli karena kemampuan ekonomi ana yang tidak seberapa. Disitu kemudian ana juga terjun dalam perdebatan melawan fitnah kaum kuffar yang selalu merongrong Islam,yaitu situs FFI,dan ana ikut andil dalam situs tandingannya yakni AFFI dan membantu menjawab sesuai dengan kemampuan ilmu agama ana sekarang maupun agama sebelumnya. Namun lagi-lagi ana harus menelan pil pahit melihat pertikaian antara sesama kaum muslimin di situ yang malahan membahas masalah manhaj siapa yang paling benar dan akhirnya malah melupakan tugas utama mereka,yakni melawan fitnah keji kaum kafir.Akhirnya ana sempat vakum beberapa bulan karena kecewa berat.

    Kemudian pada tahun 2011 awal ini,ana melihat berbagai situs-situs yang menceritakan “kejamnya” wahabi dsb. Ana tergelitik untuk membuka situs-situs tersebut dan alangkah kagetnya melihat kata-kata didalamnya yang tidak jauh berbeda dengan kata-kata milik seorang syiah.Sama sekali tidak mencerminkan postingan seorang muslim yang terpelajar maupun beradab. Waktu itu ana sama sekali belum tahu apa itu Wahabi dan apa itu Salafy dan apa itu Salafush Sholeh. Sebelumnya ana sering dengar dari tetangga kanan-kiri pada tahun 2004-2005 bahwa salafy itu terkucil,sesat-menyesatkan,tidak mau bergaul dengan yang lain,tidak mau sholat di Masjid lain selain Masjid salafy,seringkali shalat di hutan sendirian,keras wataknya,menganggap najis umat muslim di luar salafy.Waktu itu ana juga sempat tinggal berdekatan dengan kelompok Salafy ini,namun karena termakan fitnah tetangga,saya menutup mata atas kegiatan mereka dan tidak mau bertanya apa itu Salafy ke sumbernya langsung. Semoga Allah Azza Wa Jalla mengampuni dosa-dosa ana yang sudah sempat su’udzhon ke sesama muslim.

    Pada akhirnya,ana membuka-buka berbagai situs terpercaya yang membahas apa itu Wahabi dan manhaj salafush sholeh di situs eramuslim dan muslim.or.id .Alhamdulillah,banyak membuka mata ana. Banyak hal-hal yang telah ana lakukan atas nama ibadah selama ini ternyata semuanya adalah kesia-siaan. Betapa ana menyesal telah menganggap baik semua hal yang ana lakukan selama ini dan ternyata semuanya itu hanyalah bujukan syaithan untuk melemahkan aqidah ana.Hal-hal yang ana pandang baik ternyata tidak ada dalil dan hujjahnya sama sekali dalam nash-nash AlQuran dan As-Sunnah.

    Alhamdulillah,12 tahun pencarian ana berakhir dengan ditemukannya manhaj salafush sholeh ini. Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala meridhoi dan menjaga manhaj ini bebas dari fitnah keji yang dilontarkan oleh kaum-kaum ahli bid’ah yang selama ini terbuai dan terlena oleh manisnya pemikiran mereka yang menganggap ini-itu baik padahal tidak ada dasarnya sama sekali dalam Islam.

    Inilah manhaj yang menjadi pegangan ana sekarang.Ana selalu berdalil menggunakan manhaj ini dan menggunakan fatwa-fatwa Al Lajnah Ad Daimah. Walaupun ada beberapa poin dari fatwanya yang ana tidak setuju,tapi ana maklum karena bagaimanapun juga Ulama adalah seorang manusia,yang tidak berlepas dari kesalahan.Ana juga selalu berusaha membela kalau-kalau ada yang berusaha memfitnah Syaikh Ibnu Taimiyah maupun Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz dan manhaj Salafush Sholeh. Ana selalu berusaha menggunakan dalil-dalil dari mereka yang walaupun sering kali diejek dan dicaci oleh ikhwan lainnya.InsyaAllah ana selalu akan istiqomah menjalankan syariat-syariat yang sudah ditetapkan oleh Allah dan RasulNya tanpa dibumbui praktik-praktik bid’ah manapun walaupun itu harus dicerca oleh kawan-kawan ana sendiri.

    Bagi para pecinta ibadah,berhati-hatilah dalam meniti jalan yang lurus ini. Janganlah kalian terbuai sebagaimana kaum Nashara dan Yahudi melakukan praktik-praktik bid’ah yang tidak ada dasarnya dalam kitab mereka. Janganlah kita meniru langkah-langkah mereka sehingga mendatangkan laknat Allah atas diri kita. Sesungguhnya merekalah yang mendustakan Allah dan RasulNya. Berpegang teguhlah pada tali buhul Allah dan gigitlah kuat-kuat apa yang diberikan oleh Allah dan Rasul kepada kamu semua. Janganlah kita terperosok dalam jalan kehinaan yang sama seperti jalannya kaum fasik.
    Ana sendiri sudah berlepas diri dari belenggu jeratan mereka dan jangan sampai terjerumus untuk kedua kalinya.

    Sekian dari ana yang masih dalam tahap pembelajaran Dien ini,Bagi yang ingin berkorespodensi,silahkan meng-add : yokuzaaffi@yahoo.com di Facebook.

    Wassalam,

    Muhammad Yusuf/Huang Sing Han
    Medan-Sumut

  21. tri

    Assalamu’alaikum
    saya setuju sekali ustadz tetap semangat ustadz. aku izin copy ya ustadz?

  22. @Muhammad Yusuf/Huang Sing Han
    Subhanallah, subhanallah, semoga keselamatan dikarunikan oleh Allah untukmu, Pak Yusuf. Semoga informasi/kisah bapak menginspirasi kaum muslim lainnya.

    Ya, saya meski Islam sejak lahir tapi baru tahu kalau Islam di sini, pertikaiannya, ada. Bukan tidak ada atau aman-aman saja. Duh, saya yang awam ini sangat kebingungan dengan dua kubu besar yang saling bertentangan bahkan seperti yang Anda katakan, Pak, sampai mengatakan kafir. Padahal pengkafiran itu tidak sembarangan. Innalillahi wa innaillaihi raji’un.

    Mirip, saya dulu tidak peduli dan tidak suka belajar agama. Kini saya insyaf dan berusaha memperbaiki diri. Saya sangat senang membaca artikel-artikel Islam. Beneran, Pak. Dulu saya ini seorang muqallid, ahli taklid, dalam macam-macam urusan. Saya tidak punya ilmu yang mencukupi. Akhirnya saya mengenal jalan hidup yang berlandaskan Al-Qur’an, As Sunnah, dengan pemahaman Salafus Shalih. Subhanalllah, indahnya Islam. Ya inilah Islam bukannya agama yang bisa seenaknya dipermainkan dan dicampur-campur.

    Subhanallah, ternyata bicara itu susah. Tidak bisa sembarangan. Butuh dalil-dalil yang menguatkan. Tapi inilah yang saya tidak ketahui dulu tetapi alhamdulillah, terkikis dengan mengenal Islam lebih dekat. Dan tidak masuk akal saya yang sekarang bahwa seseorang dikatakan a padahal dia b, tanpa tahu kebenaran.

    Subhanallah, semoga kita diberi kenikmatan oleh Allah berupa kemampuan menerima yang benar sebagai yang benar dan yang salah sebagai yang salah. Amin.

  23. Abu Matiin

    Semoga ummat Islam di Indonesia diberikan hidayah agar mau mengenal Islam dengan metode Salaf yang suci ini, agar tidak lagi termakan fitnah dengan kata-kata Wahabi dan lain sebagainya.
    Walaupun Wahabi sendiri adalah kata yang baik yang dinisbatkan pada salah satu sifat Allah, Al Wahab. Tapi maksud mereka malah mencela.
    Dengan mengembalikan semua perkara kepada Al Quran dan Sunnah, menurut pemahaman generasi awal (salaf), maka Islam akan selamat dan bersatu.
    Wallahul musta’an.

  24. budhi

    selalu akan seperti itu para pembela bid’ah berusaha terus membantah dan membantah dengan berbagai cara bahkan meskipun kebenaran itu dari al qur’an dan hadist yang shohih…tidak akan surut sejengkalpun kebenaran meski dicaci maki..

  25. Dimas

    Barakallahufiik ustad abu ubaidah, semakin jelas mana yg haq dan yg bathil, dan semakin jauh dan kurangnya ilmu ana… Do’akan ana untuk istiqomah dalam menuntut ilmu diatas qur’an dan sunnah berdasarkan pemahaman salaful ummah

Leave a Comment